Ia mengakui saat ini pemerintah sudah berupaya menyediakan laboratorium pemeriksaan PCR dan mesin yang dapat memeriksa sampel dengan cepat. Akan tetapi, Pandu menilai seharusnya persiapan jejaring laboratorium dilaksanakan sebelum masuknya virus Corona di Indonesia. Saat ini ia menilai memang tidak mudah dilakukannya percepatan deteksi COVID-19 bila persiapan jejaring laboratorium yang dilakukan pemerintah lambat.
"Jadi ini usahanya memang tidak mudah karena keterlambatan kita waktu menyiapkan harusnya menyiapkan sebelum ada pandemi. Jadi sebelum ada pandemi ini sistem lab kita lemah, jadi kalau udah lemah mau ditingkatkan ya susah karena tidak mudah mempersiapkan lab," kata doktor epidemiologi lulusan University of California, Los Angeles itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya betul pemerintah itu sudah berusaha, tapi kok kelihatannya lamban. Saya bilang lambannya itu karena startnya dari lemah. Karena awalnya sudah tidak ada persiapan, karena pada awal pandemi tidak segera mempersiapkan begitu disuruh eskalasi banyak menghadapi kendala," ujarnya.
Selain itu dia meminta pemerintah juga membuka data PDP dan ODP yang belum dilakukan tes maupun yang meninggal tetapi masih menunggu hasil swab. Hal itu karena ada kendala pada kapasitas pemeriksaan laboratorium sehingga adanya antrian pemeriksaan pasien, ia berharap pemerintah mampu melakukan pemeriksaan 10.000 spesimen per hari.
"Kendalanya adalah saya tuh sebenarnya ingin mengatakan bahwa definisi kasus itu harus tidak hanya melaporkan yang terkonfirmasi saja, tapi PDP yang belum dites, berapa yang sudah di test dan berapa yang meninggal itu kan tidak dilaporkan karena belum ada hasil test. Jadi kita kan bingung kok karena apa karena sampai sekarang pun walau kita berusaha keras masih belum bisa mengejar target yang kita harus lakukan," ujarnya.
(yld/dnu)