Pada Senin, 30 Maret 2020, Jokowi sempat menyampaikan pantauannya mengenai mobilitas warga yang cukup tinggi saat pandemi menyerang. Saat itu Jokowi menyebutkan soal fenomena mudik dini lantaran imbas dari kebijakan mengenai penanganan virus Corona baru di Ibu Kota.
"Saya melihat bahwa arus mudik dipercepat bukan karena faktor budaya, tetapi karena memang terpaksa, yang saya lihat di lapangan banyak pekerja informal di Jabodetabek terpaksa pulang kampung karena penghasilannya menurun sangat drastis atau bahkan hilang, tidak ada pendapatan sama sekali akibat diterapkannya kebijakan tanggap darurat yaitu bekerja di rumah, sekolah di rumah, dan ibadah di rumah," ucap Jokowi saat itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kala itu pula Jokowi menyebutkan data mudik pada tahun 2019. Jokowi menyebut gambaran 2019 bisa menjadi patokan pergerakan masyarakat pada tahun ini.
"Sebagai gambaran tahun 2019 terjadi pergerakan kurang-lebih 19,5 juta orang ke seluruh wilayah Indonesia. Oleh sebab itu, di tengah merebaknya pandemi COVID-19, adanya mobilitas orang yang sebesar itu sangat berisiko memperluas penyebaran COVID-19," ujar Jokowi.
Saat ini, menurut Jokowi, ada 24 persen masyarakat yang masih berkeras untuk mudik. Bila menggunakan data 2019, kisaran jumlah masyarakat yang ingin mudik itu adalah 24 persen dari 19,5 juta yaitu 4.680.000 orang.
Jumlah itu merupakan hitungan berdasarkan data 2019, tahun terdekat untuk dasar penghitungan. Angka pada 2019 ini pulalah yang dipegang Jokowi dalam kesempatan-kesempatan sebelumnya.
(dhn/fjp)