Zaini mengatakan orang tuanya bekerja sebagai petani di Sukabumi. Dia khawatir hasil panen tidak laku di pasaran selama pandemi belum berlalu.
"Ortu mah cuma petani, jadi kami juga tidak bisa menuntut. Apalagi hasil panen tidak menentu begini. Mudah-mudahan COVID-19 segera berlalu," sebutnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berharap Perhatian Pemprov Jabar
Bersama empat orang lainnya, Agus dan Zaini harus memutar otak untuk meringankan biaya hidup. Tak sampai di situ, mereka juga harus membayar kontrakan secara rutin tiap bulan.
Terlebih, saat ini, Universitas Mulawarman memberlakukan kuliah daring. Keenam mahasiswa itu tetap membutuhkan biaya untuk membeli paket data seluler. Mereka berharap mendapat bantuan dari Pemprov Jabar.
"Kami berharap ada perhatian untuk mahasiswa asal Jawa Barat dari luar daerah yang kondisinya seperti ini," kata Agus.
Tanpa sungkan dia meminta Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil memperhatikan nasib mahasiswanya di luar daerah dalam menghadapi krisis selama pandemi COVID-19. Biaya hidup di luar Pulau Jawa tentu sangat tinggi.
"Total mahasiswa asal Jawa Barat yang kuliah di Samarinda itu kira-kira ada 60 orang, sebagian sudah pulang ke kampung halaman," ujarnya.
Pemerintah Kota Samarinda sudah mengutus Camat Sungai Pinang untuk menyambangi kontrakan mahasiswa asal Jawa Barat ini. Sejumlah rencana bantuan akan disalurkan.
Tak hanya itu, Paguyuban Warga Sunda Samarinda juga sudah mendata mahasiswa asal Tatar Pasundan untuk memastikan tidak ada yang kekurangan makanan. Mereka akan membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Hari ini kami data untuk selanjutnya menjadi prioritas bantuan yang akan kami berikan. Jangan sampai ada yang kekurangan di tengah pandemi ini," kata Wakil Ketua Paguyuban Warga Sunda Samarinda Ahmad Sopyan.
(jbr/jbr)