WHO: Jangan beri harapan palsu
Direktur Eksekutif program kedaruratan kesehatan WHO, Mike Ryan, mengimbau semua pihak untuk tidak memberi harapan palsu soal COVID-19. Soalnya, belum ada hasil penelitian yang pasti soal virus jenis baru ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita harus berasumsi bahwa virus ini akan bisa berlanjut menyebar," kata Mike Ryan di Jenewa, Swiss, 6 Maret 2020 lalu, dilansir CNBC.
Dia sedang menanggapi pejabat AS yang mengatakan bahwa wabah COVID-19 diprediksi sama seperti virus musiman dan bakal melemah dalam kondisi yang lebih hangat.
"Adalah harapan palsu bila kita mengatakan, 'Ya, virus itu akan lenyap seperti flu'. Kami berharap demikian. Itu akan menjadi anugerah Tuhan. Tapi kita tidak bisa membuat asumsi seperti itu, dan tidak ada buktinya," Ryan.
Hingga hari ini, belum ada yang berani menyimpulkan bahwa 'COVID-19 bakal mati bila kena panas mentari dan cuaca lembap' atau 'COVID-19 tidak akan mati oleh panas mentara dan cuaca lembap'. Sains memang tidak bisa disimplifikasi sehitam-putih hoax dan bukan hoax. Sejauh ini, kesimpulan yang paling berani adalah kesimpulan dari WHO, yang menyatakan bahwa 'COVID-19 tidak bisa menular di iklim panas dan lembap' adalah mitos.
![]() |
Penelitian lain
Sebenarnya, ada pula yang mengatakan virus ini bakal lenyap dalam kondisi panas dan lembap. Dilansir South China Morning Post, 8 Maret, studi dari Universitas Sun Yat-sen di Guangzhou mengatakan suhu udara (temperatur) bisa mengubah penularan COVID-19 secara siginifikan.
"COVID-19 gagal menyebar secara signifikan ke negara-negara tetangga di sebelah selatan China... Jumlah pasien dan kematian yang dilaporkan di Asia Tenggara jauh lebih sedikit ketimbang yang dilaporkan di kawasan sedang," demikian kata penelitian itu, dilansir Accu Weather.
Penelitian itu dipublikasikan pada Februari, saat itu memang kasus COVID-19 yang terkonfirmasi di Indonesia membang belum ada. Penelitian itu juga saat itu belum mendapat ulasan sejawat (peer-review) komunitas ilmuwan.
Epidemiologis dari Harverd's TH Chan School of Public Health, yakni Marc Lipsitch, mengatakan mungkin saja tingkat kelembapan memengaruhi tingkat penularan COVID-19. Namun demikian, perkiraan seperti itu.