Jakarta -
Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Kepresidenan, Donny Gahral Adian, menyebut pemerintah tidak akan mengembalikan eks Warga Negara Indonesia (WNI) ISIS. Namun, sedang ada kajian untuk memulangkan anak yatim piatu yang saat ini berada di Suriah.
"Presiden sudah mengambil keputusan tidak dipulangkan. Karena mereka sudah memilih itu menjadi foreign fighter tentu saja melakukan pilihan idiologis yang dilakukan secara militan," kata Donny, dalam diskusi bertema 'WNI ISIS dipulangkan atau dilupakan?' di Hotel IBIS Tamarin, Jl KH Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, Sabtu (7/3/2020).
Donny menjelaskan saat ini eks WNI ISIS berada di kamp Suriah. Pemerintah sedang kaji anak yatim piatu WNI yang dibawa ke Suriah akan dipulangkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Masih dikaji belum ada update terakhir. Memang ada kebijakan yatim piatu akan dipulangkan karena mereka tidak menjadi bagian dari gerakan itu," jelas dia.
Mantan napi teroris, Haris Amir Falah yang hadir dalam diskusi itu setuju dengan langkah pemerintah. Namun, jika mereka tidak terpapar radikalisme ISIS, bisa saja pulang namun harus melalui proses karantina.
"Tepat, menurut saya dengan catatan melihat sisi kemanusian kalau memang mereka terpapar. Ya kalau mereka tidak terpapar harus ada tempat sendiri untuk dikarantina," ujar Donny.
Terkait anak yang ikut eks WNI ISIS, sambung dia, harus dideteksi untuk memastikan tidak terpapar radikalisme ISIS. Haris sendiri mengaku membutuhkan waktu lama untuk mengembalikan eks WNI ISIS tidak menjadi radikal kembali.
"Andaikata pemerintah ingin memulangkan yang tidak terpapar termasuk didalamnya anak-anak dan perempuan, juga tidak bisa kita mengatakan semua anak-anak perempuan. Tapi anak-anak perempuan yang dipastikan tidak terpapar," tutur dia.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini