Tifa, seekor anjing pelacak dari unit Satwa K-9 Ditsabhara Polda Kaltim disertakan dalam penyelidikan kasus tewasnya Muhammad Yusuf Ghazali (4). Tifa dilibatkan untuk mencari kemungkinan jejak langkah balita Yusuf.
Balita Yusuf yang merupakan murid di pendidikan anak usia dini dan tempat penitipan anak Jahnatul Athfal diduga tewas terjatuh ke parit dan ditemukan tanpa kepala. Namun jasadnya ditemukan di sebuah parit yang jaraknya 4,5 km dari lokasi PAUD.
Petugas mengerahkan Tifa di sekitar PAUD. Petugas membawa sepatu yang terakhir dipakai balita Yusuf yakni pada tanggal 22 November 2019 lalu. Tifa terlihat terus mengendus sekitar PAUD yang terletak di belakang kantor Lurah Gunung Kelua Samarinda Ulu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Anjing tadi berputar-putar di ruang kelas kemudian menuju parit dan kemudian keluar ke arah parit yang besar, prediksi petugas kalau memang digendong atau dibawa orang harusnya anjing tidak menuju keluar sekolah," kata Ketua RT 14, Subhan, kepada detikcom usai mendampingi petugas kepolisian melakukan olah TKP, Selasa (18/2/2020).
Kasus ini menarik perhatian publik. Subhan berharap lewat penyelidikan lanjutan ini, semua misteri kematian balita Yusuf terungkap.
"Kita berharap dengan kehadiran anjing pelacak dari Polda Kaltim ini kasusnya mulai terang, tidak ada lagi prasangka yang macam macam terkait kematian adik Yusuf," kata Subhan.
Penyelidikan di lokasi diikuti Wakasat Reskrim Polresta Samarinda AKP M Aldi Harjasatya, Kanit Reskrim Polsek Samarinda Ulu Ipda M Ridwan, dan sejumlah penyidik dari Polda Kaltim dan Polresta Samarinda.
Polisi unit Satwa K-9 Ditsabhara Polda Kaltim, Bripka F Panjaitan, mengatakan setelah dilakukan pelacakan menemukan dugaan yang sama. Anjing itu selalu mengarah ke selokan, titik diduga tempat jatuhnya Yusuf.
"Kalau korban dibawa orang pastinya anjing akan mengarah ke jalan raya bukan ke parit. Karena anjing ini akan mengikuti bau yang ada di sepatu milik korban," kata F Panjaitan.
Bahkan berulang kali pawang terlihat harus bersusah payah menahan Tifa si anjing pelacak yang berusaha masuk ke parit. Pawang sengaja menariknya supaya kembali ke darat, karena dia anjing pelacak di darat, bukan spesialis pelacak di air.
"Kita harus pegang perutnya anjing itu agar tidak masuk ke parit. Kalau kita lihat penciumannya tetap ke arah parit, jadi dipastikan korban keluar dari sekolah langsung menuju ke selokan," tutur Panjaitan.
Selain melakukan penyelidikan di lokasi, polisi juga membongkar makam balita Yusuf untuk proses autopsi. Proses autopsi dipimpin ahli forensik dari Mabes Polri, Kombes dr Sumy Hastry, dengan pendampingan Polda Kaltim dan Polresta Samarinda.
Pembongkaran makam cukup singkat berjalan sekitar 10 menit. Jenazah Yusuf dikeluarkan dari makamnya dan kemudian dibawa menggunakan kantung jenazah ke meja khusus untuk diperiksa oleh ahli forensik. Ahli forensik langsung memeriksa dan mengambil sampel tulang leher milik Yusuf untuk dibawa ke laboratorium di Jakarta.
Diketahui, balita Yusuf ditemukan di parit Jl Pangeran Antasari Gang III, Samarinda, atau 4,5 km dari lokasi PAUD sekitar pukul 08.15 Wita, Minggu (9/11). Balita Yusuf dilaporkan hilang sekitar pukul 15.00 Wita, Jumat, 22 November.
Polisi memastikan kematian balita Yusuf Ghazali yang ditemukan tanpa kepala karena terjerembap ke parit. Polisi menyebut tidak ada tanda dugaan pembunuhan terhadap balita berumur 4 tahun itu.
Dua orang pengasuh di PAUD tersebut sudah ditetapkan sebagai tersangka. Mereka dinilai lalai menjaga balita Yusuf.
Simak Video "Pamit Buka Puasa, Bocah 10 Tahun Ditemukan Tewas di Semak"