Ada cerita menarik ketika Sumarlin menjalankan jabatan ini. Sumarlin mendapatkan amanah dari Soeharto untuk membersihkan pemerintahan dari segala macam pungli. Untuk memuluskan kerjanya, Sumarlin sampai harus memakai nama samaran. Hal ini langsung diungkapkan sendiri oleh Sumarlin dalam buku 'Pak Harto The Untold Stories'.
"Dalam tugas penertiban, saya mendapati banyak penyimpangan, diantaranya dalam bentuk pungutan liar. Sejak itu kata pungli (pungutan liar) akrab di telinga publik. Untuk menyelidikinya, saya sampai harus menyamar ke tempat-tempat yang dikabarkan banyak terjadi pungli. Nama saya menjadi Achmad Sidik, nama yang saya gunakan ketika menjadi kurir di masa perjuangan tahun 1948. Saya sering menangkap basah pelaku penyunatan gaji pegawai negeri," tulis Sumarlin dalam buku yang terbit tahun 2011 itu.
Tak hanya menyamar saja. Sumarlin bahkan sampai membawa sepasukan Brimob untuk menangkap basah pelaku pungli itu.
"Suatu ketika saya keder juga. Oleh karena itu, saya ajak (Mensesneg) Sa'adilah Mursid yang memimpin sepasukan regu Brimob untuk menangkap basah pungli di Kantor Pajak Batu Tulis, Jakarta Pusat. Konon di situ ada aparatnya yang sering menggertak dengan pistol. Dibantu Irjen Keuangan Brigjen TNI Atang Yoga Swara yang waktu itu berpakaian sipil, kami inspeksi mendadak ke Kantor Pajak. Hari itu juga empat belas pegawai pajak ditahan dan dibawa ke Jalan Gresik," ungkap Sumarlin.
Karena kerja bagus Sumarlin dalam jabatan pertamanya ini, karirnya semakin moncer. Maka tak heran jika kemudian Soeharto memasang Sumarlin di pos Menteri Keuangan dan Kepala Bappenas. Tetapi hari ini pria yang pernah dijuluki Soeharto 'cabe rawit' ini tutup usia.
Dari informasi yang diterima detikcom, almarhum meninggal pukul 14:15 WIB di RS Carolus, Jakarta. Rencananya, jenazah almarhum bakal dibawa ke rumah duka MRCC Siloam, Semanggi. Selamat jalan, JB Sumarlin...
(dnu/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini