"Alhasil, sudah banyak masyarakat Suli yang sudah kembali ke rumah masing-masing. Walaupun masih banyak anggota masyarakat lain yang masih menetap di tenda ketika malam," ujar Fretha.
Menurutnya, tindakan Ketua Majelis Jemaat GPM Suli juga telah memberikan contoh kepada warga yang memutuskan tidak meninggalkan rumah pastorinya yang berada di kawasan Suli Bawah sejak terjadi gempa pada 26 September 2019. Hal ini menegaskan bahwa pimpinan komunitas memegang peran penting dalam pemulihan masyarakat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Fretha mengatakan 'Gerakan Kembali ke Rumah' dapat membantu kenyamanan masyarakat untuk mendiami rumah masing-masing. "Tentunya bagi mereka yang struktur rumahnya masih kuat," kata Fretha.
Di sisi lain, Majelis Jemaat GPM Suli telah menyediakan dua tempat evakuasi bagi masyarakat dan mereka sudah paham harus berlari ke tempat evakuasi tersebut. Fretha mengatakan sarana evakuasi berupa rambu evakuasi maupun tempat evakuasi akan sangat membantu warga saat ada ancaman bahaya.
"Siaga bencana seyogyanya harus berasal dari individu dan komunitas masing-masing," ujar Fretha.
Sementara itu, pascagempa pada September lalu dan ditambah dengan gempa susulan telah membuat bangunan gereja mengalami retak-retak. Kondisi ini mendorong majelis untuk membuat konstruksi sederhana di depan gereja sehingga jemaat merasa tenang ketika beribadah.
"Menurut Majelis Jemaat, mereka sedang menunggu kajian teknis dari Dinas PUPR Provinsi Maluku, tentang kelayakan gedung gereja," tambah Fretha.
(jbr/aud)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini