"Jumlah penyintas mencapai 135.875 orang. Sehari sebelumnya jumlah penyintas sebanyak 111 ribu jiwa," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB, Agus Wibowo, dalam keterangan tertulis, Sabtu (5/10/2019).
Baca juga: Gempa M 5,1 Guncang Kepulauan Aru Maluku |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kenaikan jumlah pengungsi disebabkan berapa faktor seperti gempa susulan yang masih dirasakan oleh warga," ujar Agus.
Agus mengatakan, berdasarkan data BMKG, hingga pukul 21.00 WIT, ada 1.077 kali gempa susulan. Dari jumlah itu, terdapat 116 kali gempa yang dirasakan.
"Tiga hari terakhir gempa susulan memiliki magnitudo yang cukup signifikan antara M 3,5 hingga 4,4," ucapnya.
Selain itu, jumlah pengungsi juga naik gara-gara hoax gempa besar pada 9 Oktober 2019. Informasi palsu itu beredar dari mulut ke mulut.
"Di samping itu, kenaikan angka pengungsi khususnya di Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) disebabkan berita palsu atau hoax. Informasi yang beredar melalui mulut ke mulut bahwa tanggal 9 Oktober nanti akan ada gempa besar. Faktor selanjutnya warga mengungsi karena ada informasi akan adanya bantuan. Namun tidak spesifik bantuan seperti apa yang diharapkan oleh warga yang sebelumnya pernah mengungsi," tuturnya.
Dia menyebut ada 6.975 unit rumah yang rusak akibat gempa Ambon. Gempa bermagnitudo 6,5 yang terjadi pada Kamis (26/9) ini juga menyebabkan 37 orang tewas.
"Gempa dengan kekuatan M 6,5 pada 26 September lalu menyebabkan 37 orang meninggal dunia. Sebagian besar korban disebabkan karena tertimpa bangunan," tuturnya.
Agus menyatakan stok makanan di lokasi pengungsian masih mencukupi untuk sebulan ke depan. Meski demikian, dia menagatakan para pengungsi membutuhkan logistik lain seperti tenda, air bersih serta selimut.
Wiranto Minta Maaf soal Pernyataan 'Pengungsi Ambon jadi Beban':
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini