Sementara itu, Ray mengungkap Bamsoet juga memiliki kelebihan yakni kemampuan personal untuk berhubungan dengan banyak orang. Bamsoet disebut kerap silaturahmi dan selalu menampung suara kader lainnya dibanding Airlangga.
"Kemampuan personal Bamsoet untuk berhubungan dengan banyak orang, beliau terbuka, suka silaturahmi, dikenal secara personal oleh semua pengurus mungkin, kalau Pak Airlangga mendekati karena porsi Ketum, kalau Bamsoet dekati itu pengurus karena sama-sama orang Golkar, kadang bukan uang dan janji yang penting, tapi sejauh apa HPmu selalu on 24 jam," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pak Airlangga adem tenang yang penting di dalam aman, Pak Bamsoet tidak, dia bermain dari luar, kepung dari luar nih, kenapa karena itu tadi ada persoalan bakat sebagai pembicara dan jaringan, dan dia tahu nggak mungkin masuk ke dalam," ungkap Ray.
"Satu terobos dari luar untuk ke dalam, satu perkuat dari dalam tidak akan keluar. Mana yang unggul? Tidak tahu, ini eksperimen baru, dimana kekuatan luar dilibatkan dalam konteks mendapat simpati dalam pemilihan ketum baru," sambungnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yudha juga memberikan beberapa faktor penentu mendapatkan ketum Golkar. Dia menyebut jaringan, sumber daya finansial, hingga posisi jabatan akan berpengaruh.
"Satu kompetensi, kedua persoalan posisi Ketua MPR, Ketua DPR, Menteri, yang sudah-sudah di Golkar itu yang terpilih (Ketum), ketiga soal memiliki sumber daya, biasanya realitasnya Golkar biasa yang terpilih yang kuat secara personal, kedua secara finansial, keempat soal jaringan," sebut Hanta.
(maa/mae)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini