4. Anies singgung soal hadiah lomba yang kecil
Anies pun menyinggung soal penganggaran yang tidak seimbang. Dia mencontohkannya dengan acara lomba penulisan puisi nasional di TIM Cikini, yang harga tiket masuknya lebih mahal ketimbang nilai hadiahnya.
"Masak kita bikin acara nasional, tiketnya sama hadiahnya mahal tiketnya. Kan tidak menghargai bukan? Ini contoh," ungkap Anies.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Belanja kaos Rp 200 juta. Hadiahnya berapa? Rp 12 juta. Coba kalau ini dipakai untuk membangun fasilitas sekolah yang menang. Jauh lebih besar bukan?" lanjutnya.
5. Anies soroti anggaran belanja alat kantor yang tinggi
Kemudian, Anies menyoroti anggaran belanja kantor yang tinggi. Salah satunya, ialah anggaran Belanja Alat Tulis Kantor Suku Dinas (Sukdin) Jaktim. Dalam anggaran tersebut ada usulan ballpoint Rp 635 miliar. Anies pun menyindir usulan ini dengan cara mengambil tiga buah laser pointer.
"Ballpoint Rp 635 miliar. Mau contoh? Saya punya tiga laser pointer. Di tempat yang sama. Tiga. Masih mau tambah lagi?" ujar Anies sembari memamerkan laser pointernya.
Anies menjelaskan, ballpoint dan lasser pointer tersebut dibuat di pabrik-pabrik. Dia menyinggung, uang yang dianggarkan untuk pembelian barang-barang itu akan terus masuk pabrik. Maka dari itu, dia melarang jajarannya berhenti melakukan penganggaran tersebut. "Stop doing this. Berhenti mengerjakan ini," tegas Anies.
Selain ballpoint, Anies juga menyinggung soal anggaran kertas Rp 213 miliar, tinta printer Rp 400 miliar, stabilo Rp 3 miliar, penghapus Rp 31 miliar dan Rp 31 miliar kalkulator. Menurut pengalamannya, mestinya anggaran alat kantor tak sebesar ini. Anies bercerita pernah bekerja dengan membawa alat kantornya sendiri.
Dia menyebut hal-hal kecil seperti ini yang justru kerap lolos. "Karena kecil-kecil ini. Sembunyi sana-sini, lolos. Siapa yang lolosin? Gubernur DKI Jakarta, terus turun ke bawahnya," ujarnya.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini