Sejawat Penusuk Wiranto: Ngontrak 1,5 Tahun, Protes Lihat Orang Pacaran

Sejawat Penusuk Wiranto: Ngontrak 1,5 Tahun, Protes Lihat Orang Pacaran

Pasti Liberti Mappapa, Deden Gunawan, Ibad Durohman - detikNews
Jumat, 11 Okt 2019 15:41 WIB
Kontrakan di Desa Menes, tempat penyerang Wiranto tinggal. (Bahtiar Rivai/detikcom)
Jakarta - Aksi Syahrial Alamsyah alias Abu Rara dan istrinya Fitri Diana menikam Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto terbilang nekat. Mereka melakukan serangan dengan cepat di depan Alun-alun Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang, Banten Kamis (10/10/2019) sekitar pukul 11.50 WIB.

Saat itu, Wiranto hendak kembali ke Jakarta setelah menghadiri peresmian gedung kuliah dan penandatangan prasasti di Universitas Mathla'ul Anwar, Menes. Wiranto adalah Ketua Dewan Penasihat Mathla'ul Anwar, salah satu organisasi kemasyarakatan Islam terbesar di Indonesia yang berdiri pada 1916.




SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Aksi pasangan Abu Rara dan Fitri, membuat mantan Panglima ABRI itu menderita dua luka tusuk di bagian perut. Selain Wiranto, Kepala Kepolisian Sektor Menes, Komisaris Dariyanto dan seorang pengurus Mathla'ul Anwar bernama Fuad Syauqi juga mengalami luka tusuk.

Badan Intelijen Negara (BIN) mengidentifikasi gerakan Abu Rara dan istrinya sejak tiga bulan lalu. Pasangan ini diduga kuat anggota kelompok teroris jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Bekasi yang berafiliasi pada Islamic State of Iraq and al-Sham (ISIS).

Kepala BIN Budi Gunawan menyebut Abu Rara terdeteksi berpindah dari Kediri ke Bogor, lalu ke Menes. Dari hasil pemantauan BIN, pria yang disapa Abi oleh para tetangganya di Menes itu beberapa kali mengumpulkan pisau. Namun, belum ada indikasi Abu Rara hendak merakit bom.

Budi Gunawan juga menyebut kepindahan Abu Rara ke Menes difasilitasi oleh anggota JAD Menes yang disebutnya dengan panggilan Abu Syamsuddin. Berdasar pengakuan pemilik kontrakan tempat Abu Rara menetap Yusep Sugiharto, Syamsuddin juga mengontrak sebuah kamar kontrakan miliknya sejak sekitar 1,5 tahun yang lalu.



Sekitar bulan Februari 2019, Syamsuddin menanyakan soal kamar kosong yang persis berada di sebelah kontrakannya pada Yusep untuk disewa kawannya. Syamsuddin pun langsung memberikan panjar uang sewa kontrakan sebesar Rp 350 ribu dan meminta kunci kamar.

Yusep mengaku tak kuasa menolak karena kontrakan itu memang sedang kosong. Pada Yusep, Syamsuddin mengaku berprofesi sebagai tukang las rangka baja. "Syamsuddin mengaku ke saya dia kerja kalau ada proyek saja," kata Yusep pada detikcom, Kamis (10/10/2019) malam.



Berbeda dengan Abu Rara yang lancar membayar kontrakan, Syamsuddin terbilang sering menunggak. Pria yang mengaku dari Caringin, Kecamatan Labuan, Pandeglang itu terakhir kali terlihat sekitar dua bulan lalu. "Katanya sedang ada kerjaan di Manado begitu dia bilang. Tapi terakhir polisi bilang ke saya, dia ada di Kalimantan," kata Yusep.


Yusep mengaku awalnya sudah menaruh curiga melihat penampilan Syamsuddin. "Rambutnya gondrong, biasanya pake peci Afganistan (pakol -red). Biasanya dia kalau Jumatan suka pakai peci Afganistan itu. Jadi agak gimana yah, tapi kita takut disangka gimana kalau men-judge gitu," katanya.

Ketua RT 04/RW 01 kawasan tempat Abu Rara tinggal bernama Mulyadi mengatakan beberapa waktu lalu Syamsuddin pernah datang ke rumahnya. Syamsuddin dengan terbuka menegur dan menyebut Mulyadi tak becus menjaga lingkungan.

"Kata dia saya sebagai RT tidak mampu jaga lingkungan karena masih ada muda-mudi pacaran," ujar Mulyadi.



Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri, Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo membeberkan para pelaku diduga melakukan aksi tersebut karena posisi Wiranto membawahi polisi dalam memberantas terorisme.

"Pak Wiranto kan Menko Polhukam mengkoordinasikan Polri dalam melakukan penegakan hukum terhadap kelompok-kelompok terorisme," ujar Brigjen Dedi. "Pelaku yang terpapar paham radikal ISIS, yang berpandangan pemerintah thagut."

Wiranto sebenarnya pada Mei 2019 lalu pernah mendapat ancaman. Saat itu, dia bersama pejabat lain, yaitu Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan, dan mantan Kepala Detasemen Khusus 88 Antiteror Komisaris Jenderal Gregorius "Gories" Mere disebut jadi target pembunuhan.

Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan sempat berbicara soal sosok bernama Syamsuddin. Dia menyebut nama Abu Syamsuddin sebagai komplotan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang memfasilitasi kepindahan Abu Rara ke Menes.



"Kemudian karena cerai dengan istri pertama (maka Abu Rara) pindah ke Menes, difasilitasi oleh salah satu Abu Syamsuddin JAD dari Menes untuk tinggal. Beberapa kegiatan yang bersangkutan sudah dideteksi dan sudah dalam pengembangan," kata Budi Gunawan di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat, Kamis (10/10) kemarin.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads