Soal seni menyampaikan pendapat dengan kreativitas kelucuan, tak bisa ditanggapi sebatas hiburan: hanya lelucon, abaikan saja. Atau cukup jadikan bahan, agar banyak yang tertawa.
Perihal tertawa, sebagai implkasi lontaran yang lucu ini, Sudjiwo Tedjo budayawan yang juga dijuluki Dalang Edan, memaknai secara implisit tentang tertawa. Ia mengungkapkan di akun Twitter-nya @sudjiwotedjo, 24 September 2019, "...Cuma ketahuilah: memimpin rakyat yang memarahinya sambil bakar-ini-itu, menyakitkan. Tapi lebih menyakitkan lagi, memimpin rakyat yang tak henti2 mengetawainya..."
Nampaknya, menyampaikan tuntutan dengan kelucuan sebagai bahan tertawa, memiliki makna semiotis lain. Walaupun tak perlu menghadapi dengan sikap represif, gelombang unjuk rasa yang kali ini kental dengan gaya lucu, bukan semata-mata hiburan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Maka ditunggangi dalam pengertian dibuat tak sadar telah condong pada satu tema informasi tertentu. Yang implikasinya khalayak memijakkan pendapat dan gerakan pada informasi tak utuh yang telah menggiringnya, sangat mungkin terjadi di era teknologi informasi ini. Maka jadi sia-sia, jika gerakan penuh pengorbanan yang berupaya memperbaiki sistem penyelenggaraan negara, justru tergelincir akibat tak mewaspadai paradoks informasi di era ini," tutur Firman.
![]() |
(dnu/tor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini