Demonstrasi ini berlangsung seiring dengan melejitnya tagar-tagar di Twitter. Tagar itu beragam. Untuk menjawab apa benar demonstrasi mahasiswa ini tidak ditunggangi, dinamika tagar di media sosial bisa menjadi monitor.
Pengamat komunikasi dan budaya digital Dr Firman Kurniawan mengatakan makna 'tunggang-menunggangi' dalam aksi demo tak bisa dimaknai secara sempit lagi, ada bayaran dan pengarahan isu dari elite. Di era digital, penunggangan aksi demo juga bisa dilakukan tanpa pelaku demo menyadarinya. Penumpang gelap bisa menyusup lewat tagar-tagar seruan di media sosial.
"Dengan menggaungkan pesan, yang tentunya tak mesti sesuai dengan keadaan sebenarnya, dan dengan berkolaborasi memanfaatkan buzzer menjadikannya viral, ini cukup dapat menggerakkan gelombang massa," imbuh pengajar di program pascasarjana Universitas Indonesia ini.