"Soalnya saya melihat ghirah (semangat) mahasiswa saat ini seperti yang kita alami saat '98 dimana ada ungkapan nggak demo nggak keren. Suasana saat ini sama kayak 98. Jika ada kampus nggak bergerak itu akan di-bully. Makanya ini(demo) akan panjang, tinggal gimana pemerintah dan DPR menyikapinya," ucap Ray Rangkuti dalam keterangan tertulisnya, Selasa (24/9/2019).
Ray Rangkuti menyoroti demo yang sempat memanas dengan diwarnai aksi pembobolan pagar gedung parlemen oleh mahasiswa. Menurutnya, aksi ini bakal terus digelar jika DPR tetap bakal mengesahkan RUU KUHP yang dinilai kontroversial.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat ini mahasiswa kecewa karena Pak Jokowi itu habis manis sepah dibuang. Padahal masyarakat yang mendukung Jokowi dengan susah payah demi menegakkan prinsip-prinsip demokrasi dan pemberantasan korupsi. Mereka rela di-bully bahkan sempat ada yang dikafirkan karena memlih Jokowi," ujar Ray.
Baca juga: Doa Menjelang Demo |
Sementara itu, Direktur lembaga survei Kedai Kopi Hendri Satrio melihat aksi demonstrasi mahasiswa penolak RUU KUHP dan UU KPK belum mengarah seperti 1998 yang berujung pelengseran Presiden Soeharto kala itu. Sebab aksi demonstrasi mahasiswa saat ini masih murni mahasiswa yang melihat adanya kebijakan Jokowi yang tidak tepat.
"Sayangnya Jokowi kurang menanggapi aksi tersebut padahal setiap gerakan mahasiswa berpotensi untuk menjadi besar. Makanya sebaiknya Pak Jokowi bertemu dengan demonstran. Mumpung aksi mahasiswa masih di jalur idealisme mereka. Namun jika aksi tersebut sudah melibatkan rakyat dan mahasiswa, akan susah lagi memadamkannya," jelas Hendri Satrio.
"Rakyat akan bergerak kalau harga-harga bergerak naik. Nah kalau harga sudah bergerak naik, maka masyarakat akan bergabung dengan mahasiswa. Itu akan lebih sulit lagi dikendalikan," imbuh Satrio.
Panas! Mahasiswa Rusak Pagar Gedung DPR RI:
Halaman
1
(gbr/gbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini