3. Didorong pasar bebas
Nasir menjelaskan dunia saat ini sudah tanpa batas (borderless), termasuk dalam bidang pendidikan. Pengaruh pasar bebas sudah masuk ke ranah pendidikan, namun Indonesia perlu memegang teguh prinsip NKRI, Pancasila, UUD Negara 1945, serta Bhinneka Tunggal Ika.
"Kita sudah harus bebas barang dan jasa, di dalamnya ada pendidikan tinggi. Itu sejak 2016. Pendidikan ada di dalamnya. Jasa konsultan juga sudah bebas. Apa yang kita batasi?" ujar Nasir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ide ini terinspirasi dari cerita sukses Nanyang Technological University (NTU). Universitas di Singapura itu mendatangkan rektor asing dan peringkatnya naik di kancah dunia.
"Saya pun yang melihat di berbagai rank, contoh di Singapura itu yang namanya Anderson (Bertil Andersson, Presiden NTU 2011-2017), yang pernah jadi rektor NTU, dia berhasil mengangkat NTU sekarang menjadi perguruan tinggi yang luar biasa di dunia," kata Nasir.
![]() |
Mengutip laman resmi NTU, ketika menjabat sebagai Presiden NTU, Andersson dianggap berhasil membawa NTU masuk di peringkat ke-11 dunia pada tahun 2017 dan yang terbaik di Asia dalam Peringkat Universitas Dunia Quacquarelli Symonds (QS). Padahal NTU baru didirikan pada 1981.
5. Perlu rombak peraturan
Supaya rektor asing bisa didatangkan untuk memimpin PTN di Indonesia, sejumlah peraturan perlu dirombak. Meski begitu, Nasir menegaskan impor rektor asing tak melanggar undang-undang.
"Oleh karena itu, kami sedang memperbaiki peraturan pemerintahnya," kata Nasir.
Dia menyebut peraturan-peraturan ini akan diperbaiki:
-PP Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi Dan Pengelolaan Perguruan Tinggi
-PP Nomor 26 Tahun 2015 tentang Bentuk dan Mekanisme Pendanaan Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini