Turis Usir Warga Berbuah Pembahasan Aturan Desa

Round-Up

Turis Usir Warga Berbuah Pembahasan Aturan Desa

Tim detikcom - detikNews
Rabu, 24 Jul 2019 05:30 WIB
Turis Usir Warga yang Main di Pantai Buleleng Bali. (Foto: Istimewa)


Usai kasus tersebut, Arya mempertanyakan status pantai di Desa Temukus, Buleleng, Bali itu dijadikan lokasi private atau tidak. Jika diprivatisasi, menurut Arya, seharusnya ada pajak yang masuk ke desa.

"Kemudian dia memang menyewa, pertanyaan saya berarti jangan-jangan pihak dari vila sudah mempromosikan bahwa itu private beach. Kalau dia mempromosikan itu kan harusnya ada anggaran pajak yang masuk ke desa, saya mempertanyakan itu ke mana itu, tiap bulan atau tahun," tutur Arya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kasatpol PP Buleleng Putu Dana memastikan pantai di depan vila tersebut merupakan pantai terbuka.

"Pantai tersebut dipakai tempat bermain oleh masyarakat sekitar, terutama anak-anak, baik pagi maupun sore," kata Putu.




Arya menerangkan pihaknya saat ini bersama warga setempat akan menyusun aturan adat (awig-awig). Aturan ini direncanakan dibuat agar tidak ada lagi pengusiran terhadap warga lokal yang dilakukan turis mancanegara.

"Dari situ saya berpikir kenapa nggak ada awig-awig desa, aparat desa saya hubungi memang tidak ada apa gitu awig-awig itu yang mengkhusus cuma ada perda, karena itu saya berpikir kenapa nggak ada awig-awig desa," kata salah satu warga yang diusir, Gede Arya Adnyana (31), kepada wartawan, Selasa (23/7/2019).

Karena dari pengalamannya itu, Arya bertanya-tanya soal perizinan di hotel-hotel ataupun vila yang berlokasi di tepi pantai. Dia pun mempertanyakan soal perizinan hotel ataupun vila tersebut yang mengklaim pantai sebagai area privat.

"Sampai saya berpikir banyak hotel di Temukus, ke mana arahnya, mungkin dikasih fee, sementara pembangunan timbal balik dari vila itu nggak ada. Kemudian pikiran saya juga kenapa vila atau hotel, banyak kejadian berulang kali, baru terungkap saya ini, tapi beberapa penduduk mengalami seperti itu karena awam, kenapa berani seperti itu," urainya.

"Pikiran saya hotel atau vila itu membayar fee besar ke desa untuk menetapkan bukan publik area kan. Makanya saya telusuri alur pajaknya selama ini," sambung Arya.




Arya kemudian mencontohkan kasus pengusiran petugas pembersih pantai hingga polisi oleh tamu di vila yang berhadapan dengan pantai. Dan, dia baru tahu mayoritas pegawai hotel maupun vila tersebut bukan warga lokal.

"Saya ingin mempertegas peraturan kalau petugas jangan dilarang masuk. Saya juga baru tahu kebanyakan itu pegawai hotel-villa dari luar, saya akan minta prosentase di sini berapa persen warga di sini, semua register tamu tanpa identitas ya pergi takutnya nanti ada kriminal," urai bapak satu anak itu.

Dia mengatakan saat ini pihaknya bersama aparat Desa Temukus tengah berembuk untuk menyusun awig-awig. Dia berharap tak ada lagi kasus pengusiran warga di desanya.

"Saya mau bertemu kepala desa, sekarang kelian desa. Hari ini saya rembukan pembahasan awig-awig, karena kalau kita mengusir orang tak ada dasar kita juga kena pidana. Kemudian rencana dana-dana dari sini dia arahkan ke sana, harus jangan ada tempat privat, saya akan perjuangkan orang di sini sudah mendukung saya biar ke depan nggak ada lagi," urainya.

(idn/zak)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads