"Dari rumah sakit sebenarnya saya nggak pernah lihat medsos. Tapi setelah staf saya bilang itu (swafoto wajah lebamnya) sudah masuk medsos. Itu di mobil, perjalanan ke Polo (Nusantara Polo Club) saya lihat dan saya shocked," ujar Ratna.
Isu penganiayaan Ratna berkembang secara liar. Sejumlah tokoh bicara di media massa dan akun media sosial mereka. Mereka mengutuk soal penganiayaan yang dialami Ratna.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ratna kemudian mengaku membuat cerita bohong soal penganiayaan tersebut. Dalam konferensi pers yang dibuat di rumahnya pada pada 3 Oktober 2018. Ratna mengaku dibisiki setan hingga akhirnya membuat cerita bohong dirinya dianiaya.
Jaksa penuntut umum pun mencecar soal sosok setan yang membisiki Ratna.
"Apa makna kata 'setan' yang pernah Saudara sampaikan saat konferensi pers?" tanya jaksa penuntut umum Daroe Trisadono.
"Tidak ada. Itu hanya dalam pikiran saya," jawab Ratna.
Namun jaksa tidak percaya begitu saja. Jaksa tetap menanyakan siapa yang dimaksud Ratna tersebut.
"Apakah untuk mengkamuflasekan seseorang yang memiliki identitas tertentu?" tanya Daroe.
"Kesalahan yang saya lakukan, kebohongan itu, untuk orang seperti saya (yang) nggak pernah bohong, itu perbuatan setan," kata Ratna.
Dalam persidangan ini, Ratna didakwa membuat keonaran lewat hoax penganiayaan. Ratna disebut menyebarkan hoax kepada sejumlah orang lewat pesan WhatsApp, termasuk mengirimkan gambar wajah lebam dan bengkak yang diklaim akibat penganiayaan.
Ratna: Saat Operasi Saya Sudah Berumur, Malu, Jadi Saya Tutupi
(jbr/haf)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini