Simulasi Pemilu, Penyandang Disabilitas Masih Bingung Cara Nyoblos

Simulasi Pemilu, Penyandang Disabilitas Masih Bingung Cara Nyoblos

Arief Ikhsanudin, Zakia Liland Fajriani - detikNews
Kamis, 14 Feb 2019 14:14 WIB
Penyandang disabilitas mengikuti simulasi pemilu. (Zakia Liland Fajriani/detikcom)
Jakarta - Penyandang disabilitas yang mengikuti simulasi pemilu yang digelar KPU masih kebingungan dengan mekanisme pencoblosan. Ada sejumlah tata cara serta surat suara yang dirasa menyulitkan para penyandang disabilitas.

Awalnya Kepala Biro Teknis dan Humas KPU Nur Syarifah memberikan sosialisasi contoh surat suara hingga tata cara mencoblosnya. Arahan itu disampaikan Nur pada sekitar 200 penyandang disabilitas yang mengikuti kegiatan yang digelar KPU.


"Coblos bisa di nomor, bisa di gambar, tapi harus salah satu. Kalau dua-duanya, nanti tidak sah," ujar Nur dalam kegiatan yang digelar di Gedung Kementerian Sosial (Kemensos), Jalan Salemba Raya, Jakarta Pusat, Kamis (14/2/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nur pun berharap para penyandang disabilitas yang hadir dapat menularkan informasi yang didapat kepada rekan sesama disabilitas yang lain. Total ada 1.247.730 penyandang disabilitas yang tercatat pada Daftar Pemilih Tetap (DPT).

"Harapannya, kelompok ini tularkan informasi kepada saudara-saudari yang lain. Penting bagi kita untuk datang ke TPS," ucap Nur.
Simulasi Pemilu, Penyandang Disabilitas Masih Bingung Cara NyoblosSimulasi pemilu untuk penyandang disabilitas. (Zakia Liland Fajriani/detikcom)

Setelah pemaparan, para penyandang disabilitas itu mengikuti simulasi pemilu, dari mengambil surat suara, mencoblosnya, hingga memasukkannya ke kotak suara. Seorang di antaranya, yaitu Tyas Eta (22), tampak didampingi petugas. Tyas, yang merupakan penyandang tunanetra, mengaku kesulitan karena templat huruf Braille hanya ada di surat suara untuk pemilihan Presiden dan Wakil Presiden serta DPD.

"Yang 2 surat suara (untuk DPR dan DPRD) yang nggak ada templat Braille-nya. Jadinya mau nggak mau saya mesti nanya sama petugasnya," ucap Tyas.

"Meskipun sudah dikasih tahu yang mana, tetap saja saya bingung lokasinya. Akhirnya saya tanya lagi, 'Ini nomor sekian ya?' Jadi sulit nggak bisa semua melakukan sendiri," imbuhnya.


Selain itu, Tyas merasa kertas suara terlalu lebar sehingga sulit dilipat ulang. Tyas menghabiskan waktu sekitar 8 menit berada di dalam bilik suara.

Selain urusan huruf Braille dan surat suara, Tyas mengeluhkan tentang cara memasukkan surat suara ke kotak suara. Sebab, tidak ada huruf Braille di kotak suara yang dapat membantunya sebagai tunanetra.

"Kotaknya nggak ada Braille-nya dan gitu saya juga nggak tahu di mana lokasi lubangnya," ujar Tyas.


Ikuti perkembangan terbaru Pemilu 2019 hanya di detikPemilu. Klik di sini



(dhn/dhn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads