Kombes Lisda, Dokter Polwan yang Pimpin Operasi DVI Korban Lion Air

Kombes Lisda, Dokter Polwan yang Pimpin Operasi DVI Korban Lion Air

Audrey Santoso - detikNews
Rabu, 07 Nov 2018 11:09 WIB
Kepala Bidang DVI Pusdokkes Polri Kombes Lisda Cancer (tengah)/Foto: Arief I-detikcom
Jakarta - Operasi identifikasi korban jatuhnya pesawat Lion Air PK-LQP dipimpin dokter polwan, Kombes Lisda Cancer. Identifikasi para korban dilanjutkan hingga seluruh body part teridentifikasi.

"Keluarga korban bertanya 'Bu, kalau Basarnas setop operasi SAR, DVI juga dong', saya jelaskan kepada keluarga selama bodypart masih ada yang belum diperiksa, kami tidak akan berhenti bekerja," kata Lisda kepada detikcom di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, Selasa (6/11/2018).

"Apalagi bagian antemortem harus siap 24 jam, kan kalau ada keluarga yang datang misalnya dari luar kota, baru sampai semalam dan ingin memberi data antemortem," sambung Lisda.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT





Kegiatan pertama Tim DVI pada pagi hari adalah menganalisa dan mengevaluasi hasil kerja pada hari sebelumnya. Setelah itu Tim DVI akan menentukan tugas lanjutan yang akan dikerjakan.

"Sebelum kerja, kami analisa dan evaluasi dulu, kemarin sudah kerja apa, hari ini mau kerja apa. Di-briefinglah istilahnya," ujar Lisda.

Sementara setiap sore, selama operasi identifikasi korban Lion Air, Lisda menggelar rapat rekonsiliasi hasil identifikasi korban dari bagian postmortem dan antemortem.

"Setelah dapat datanya postmortem, kami sidang rekonsiliasi. Sidang rekonsiliasi adalah kami sudah dapat data antemortem, postmortem, disinkronkan," jelas dia.

"Nanti data antemortem dipaparkan oleh ketua antemortem, data postmortem dipaparkan oleh ketua tim postmortem. Ada data (antemortem dan postmortem) yang cocok, kita perdalam. Ada saja data yang sudah didapat, tapi tidak ada yang cocok dengan antemortemnya," terang Lisda.






Lisda mencontohkan, semisal ada data antemortem berupa foto gigi, sidik jari korban, rekam medis, ada data properti yang korban pakai. Di bagian postmortem, belum ada jenazah seperti apa yang digambarkan dalam data antemortem, itu artinya identitas korban yang dimaksud belum terungkap.

"Dua-duanya (post dan antemortem) punya porsi pembuktian yang sama. Misalnya data antemortemnya lengkap, post mortemnya nggak keluar, ya tidak bisa," tutur dia.

Lisda pun harus bolak-balik mengecek posko antemortem dan postmortem. Untuk diketahui posko antemortem berada di seberang depan bangunan utama RS Polri, sementara posko postmortem berada di bagian paling belakang gedung utama.





"Di jalan sering ketemu keluarga korban. Kan ada keluarga korban atau penumpang yang menunggu (proses identifikasi) di sini. Kalau bertemu pasti mereka bertanya 'bagaimana dok?'," cerita Lisda.

Lisda mengaku paham dengan kegelisahan keluarga korban. Oleh sebab itu, di mana pun bertemu keluarga korban, Lisda selalu menjelasan proses identifikasi jenazah yang memang memerlukan waktu.

"Saya jalan, ketemu (keluarga korban). Saya ngopi, ketemu keluarga korban. Banyaklah keluh kesah yang saya dengar. Tapi senang juga sih, paling tidak saya punya kesempatan menjelaskan langsung kepada mereka kenapa proses ini lama," diakui Lisda.

"Ditanya 'kenapa lama banget?', nggak hanya sama keluarga, sama wartawan juga. Pressure-nya juga di situ, tapi itu saya gunakan untuk memotivasi tim," imbuh Lisda.


Tidur Empat Jam Sehari

Sembilan hari belakangan, Lisda mengaku bekerja hingga larut malam dan berangkat kembali ke RS Polri sebelum matahari terbit.

"Dari sini (RS Polri) pukul 23.00 WIB, sampai rumah pukul 23.20 WIB. Tidur pukul 00.00, bangun lagi, berangkat lagi pukul 04.30 WIB," kata Lisda.

Saat tidur pun, Lisda merasa tak nyenyak karena terbayang harapan keluarga korban agar anggota keluarganya cepat teridentifikasi.

"Nggak pernah nyenyak juga tidur. Apalagi keluarga korbannya misalnya 'cepetan, cepetan', dari pimpinan 'Ayo Lisda cepat'," lanjut dia.





Lisda bercerita di tengah kesibukannya selama kegiatan operasi DVI, dirinya juga memikirkan anak keduanya yang sedang dirawat di Gedung Anton Soedjarwo RS Polri.

"Anak saya yang nomor dua lagi sakit, ada di situ. Dirawat inap, baru tadi pagi masuk karena demam beberapa hari, nggak turun-turun. Karena saya harus konsentrasi dengan operasi ini, ya sudahlah saya bawa anak saya ke sini, ternyata memang harus dirawat," ungkap Lisda.





Terakhir, Lisda menyampaikan harapannya agar semua korban jatuhnya pesawat Lion Air PK-LQP dapat diidentifikasi oleh timnya.

"Harapan saya semua (korban) bisa teridentifikasi. Harapan keluarga juga menjadi harapan saya. Keluarga puas dengan kerja DVI, itu kepuasan saya," ujar Lisda.


Simak Juga 'Siti Nurbaya Beri Kenaikan Pangkat Pejabat KLHK Korban Lion Air':


(aud/fdn)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads