Salah satu dukungan sejumlah kepala daerah itu terjadi di Sumatera Barat. Mereka mendukung pasangan Joko Widodo (Jokowi)-KH Ma'ruf Amin. Padahal di Tanah Minang, pada 2014, Jokowi, yang berpasangan dengan Jusuf Kalla, kalah telak dari Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
Baca juga: Jokowi Dinilai Sukses Lobi di Sarang Prabowo |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tujuh bulan menjelang pilpres, Jokowi mendapat dukungan dari sejumlah kepala daerah di Sumbar. Peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes mengatakan dukungan tersebut merupakan pukulan untuk Prabowo Subianto, yang kali ini berpasangan dengan Sandiaga.
Bagi Jokowi, lanjut Arya, dukungan ini juga belum tentu menguntungkan. Bila Jokowi lengah, bisa jadi Prabowo-Sandi tetap akan menang di Sumbar. "Ini tentu menjadi tantangan baru bagi Prabowo karena dalam pilpres lalu, kemenangan di Sumbar di atas angka 75 persen. Dan sekarang sejumlah kepala daerah ke Jokowi, tantangan bagi Prabowo ini menjadi seperti pukulan," kata Arya kepada wartawan di Jakarta, Kamis (20/9).
Namun pengaruh dukungan kepala daerah terhadap perolehan suara capres dan cawapres itu baru bisa dibuktikan saat hasil pemilu keluar. Jika hasil pemilu di Sumbar nanti Jokowi bisa menang tipis atas Prabowo, berarti dukungan itu memiliki pengaruh elektoral.
Sebaliknya, jika Prabowo tetap menang, artinya mobilisasi kepala daerah di pilpres tidak mempengaruhi pemilih. "Kita belum tahu ini seberapa besar pengaruh mobilisasi dukungan (kepala daerah). Karena memang belum ada lembaga survei yang melakukan survei," kata Arya.
"Mobilisasi (kepala daerah) memang ada pengaruh, tetapi kecenderungan pemilih ini kan otonom," Arya melanjutkan.
Dukungan sejumlah kepala daerah untuk Jokowi-KH Ma'ruf Amin tak hanya terjadi di Sumatera Barat. Ada 31 kepala daerah di Jawa Timur yang juga disebut mendukung pasangan Jokowi-KH Ma'ruf Amin. Bahkan beberapa di antaranya menjadi koordinator wilayah pemenangan. (erd/jat)