T: Bagaimana dengan PA 212?
J: Saya bukan pengurus Persaudaraan 212. Dulu penasihat, sekarang tidak. Menurut ketuanya saya penasihat hukum, jadi tetap profesinya.
Saya berkomunikasi dengan banyak ulama, saya juga menghubungi Habib Rizieq Syihab. Belum ada respons dan komentar, saya lagi tunggu karena baru tadi malam hubunginnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
J: Apa hubungan ini? Saya sebagai personal, sebagai praktisi hukum, nggak ada kaitannya. Jangan seolah-olah saya dibarter, jadi korban saya. Nggak ada itu, saya menjalankan profesi secara profesional.
Saya mau konfirmasi lalu saya juga harus punya komunikasi politik. Bisa nggak saya bermanfaat untuk semua orang di dalam dan luar partai dan saya juga membawa aspirasi umat Islam dong, bisa nggak ditampung di parpol.
T: Kalau cocok, lanjut?
J: Wallahualam saya kan belum komunikasi.
T: Di KPU pencalonan kemarin bagaimana?
J: Itu dia saya mau konfirmasi.
T: Sudah hubungi siapa saja?
J: Saya mau langsung ke Pak Sekjen (Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto), tapi saya belum bertemu seumur hidup saya.
T: Belum komunikasi langsung selama ini dengan pihak PDIP?
J: Begini deh saya mau konfirmasi sama orangnya. Saya mau konfirmasi dulu, kalau ini sudah real saya mau minta pertimbangannya apa? lalu bagaimana saya dan agama saya bela baru saya ngomong.
Nanti akan saya sampaikan saya menerima dan menolak. Ini kan baru bacaleg lalu caleg dan lain-lain, jadi terlalu cepat.
T: Ada tanda tangan dari pihak PDIP?
J: Makanya saya mau tanya berkas saya apakah masuk ke KPU, siapa yang masukin, makanya saya mau tanya dulu.
T: Pencatutan jadinya?
J: Nggak ada itu. Begini saya ingin katakan bahwa saya belum pernah bertemu dengan Hasto dari saya lahir sampai sekarang belum pernah telepon.
Saya sudah bilang, saya ingin tegaskan saya pernah direkomendasi dan diminta.
T: Untuk dapil Sumbar?
J: Ngarang saja lu. Saya diminta masuk ke PDIP untuk memberikan warna lain.
T: Kapan itu?
J: Sebulan lalu.
T: Oleh siapa?
J: Dari sahabat dan abang-abang yang saya hormati.
T: Keberatan dijadikan caleg?
J: Saya belum bisa katakan. Saya bukan tokoh sentral dan bukan ulama.
T: Syaratnya apa?
J: Saya ini harus mewakili keislaman saya di dalam. Kedua, mayoritas di republik ini orang Islam dan aspirasi harus didengar. Saya harus bisa menjadi jembatan kebaikan orang dalam dan luar. Kebaikan itu banyak hal, aspirasi banyak hal, harus ada tindak lanjut aspirasi itu.
Kalau tiga hal ini dipenuhi saya ikut. Jangankan caleg, jadi apa saja mau. Kenapa saya dipilih? Ini pasti ada karena aktivitas saya atau aktivitas pribadi. Yang saya bawa aktivitas agama saya, makanya saya punya komunikasi politik.
T: Tidak merasa dimanfaatkan?
J: Oh tidak
Saya tegaskan aksi 212 sudah clear dan clean. Lalu ada kriminalisasi ulama, saya bagian penerima kuasa. Tapi sudah ada yang keluar dan di-SP3 jadi clear.
PDIP katanya dibenci masyarakat tapi di lapangan di daerah berkoalisi dengan partai mendukung aksi Bela Islam. Itu urusan mereka dan umat. Urusan saya tanggung jawab kepada Tuhan saya dan umat.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini