"Memberikan aksesibilitas buat teman-teman difabel khususnya teman-teman tuna rungu supaya mereka juga mendapatkan hak yang sama dalam beribadah," ujar Frans Dwi, di Gereja Katedral, Sawah Besar, Jakarta Pusat, Jumat (30/3/2018).
Frans mengatakan, sebelum ia secara sukarela menjadi penerjemah bahasa isyarat di Katedral, para penyandang tuna rungu kesulitan saat beribadah. Mereka datang ke gereja namun tidak mengerti khotbah yang disampaikan pastor gereja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tapi sejak saya membantu mereka bahasa isyarat menyederhanakan khotbah ya mereka bisa lebih paham," lanjut Frans.
Selama 16 tahun perjalanannya sebagai penerjemah di gereja, Frans mengaku juga menemui berbagai kesulitan. Salah satunya, terkait jemaat gereja yang tak bisa bahasa isyarat.
"(Kemudian) Mereka jadi belajar dari saya. Dan saya juga belajar bahasa isyarat dari teman-teman tuli yang setiap hari pakai bahasa isyarat. Karena mereka ini banyak yang pakai bahasa oral. Mereka baca tulis bisa. Hanya pada saat ibadat dia nggak bisa cocokin ini mulainya kapan berakhirnya kapan. begitu. Maka tetap perlu bahasa isyarat supaya harmonis dengan umat yang lainnya," ungkapnya.
Hari ini, Gereja Katedral menggelar rangkaian Ibadat dari Tri Hari Suci yakni Jumat Agung. Ibadat Jumat Agung diawali dengan visualisasi Jalan Salib pada pukul 09.00 tadi, kemudian ibadat pertama pada pukul 12.00 disusul dengan dua ibadat lainnya pada pukul 15.00 dan 18.00 WIB.
(dhn/dhn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini