"Karena dia sudah lari, itu tidak baik untuk keempat anak saya. Kalau kembali begitu saja setelah lari, kita kan harus memikirkan perasaan yang lain. Kenapa begini, kenapa begitu. Anak-anak ini kan anak dari orang yang kurang perhatian, mereka tak mau dibuang. Jadi saya sangat perhatian sama mereka," kata Candri di Mapolda Metro Jaya, Jalan Sudirman, Jakarta, Jumat (16/3/2018).
Candri juga sempat bertemu lagi dengan M pada Januari lalu. Kepada Candri, M mengaku tak tahan tinggal bersama Yohana dan ingin kembali ke hotel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama tinggal bersama Yohana, Candri pun rutin memberikan uang dan bantuan. Tak hanya M, Candri juga kerap membantu Yohana dan suaminya.
"Saya suka nolong dia, suaminya kerja. Suaminya pulang ke Manado saya kasih tahu. Tapi saya nggak kira orang yang ditolong begitu. Sayangnya ibunya F meninggal," imbuhnya.
Kendati demikian, Candri mengaku tidak membagikan bantuan secara merata. Dia memberikan bantuan berdasarkan suara hatinya.
"Memang saya nggak bisa kasih rata. Kalau saya dapat dari orang, saya bagi kamu,ibaratnya sejuta, dua ratus. Sesuai hatiku rasa gimana. Saya merasa dikasih tahu sama Tuhan," ucap dia.
Polisi sebelumnya menyebut Yohana sebagai tetangga Candri sewaktu tinggal di kos-kosan, Jalan Kramat, Jakarta Pusat. Yohana merupakan salah satu saksi yang memberikan keterangan soal adanya dugaan kekerasan yang dilakukan oleh Candri terhadap M.
Kasus dugaan kekerasan ini bermula saat polisi mendapatkan laporan soal M alias F dari Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI). M awalnya kabur dari Hotel Le Meridien, tempat tinggalnya selama ini bersama ibu asuhnya.
Kepada pihak LPAI, M menceritakan kekerasan psikis seperti disuruh tidur di kamar mandi oleh ibu asuhnya. M bisa ke LPAI karena diantar oleh Rini, seorang perempuan yang tadinya berniat mengasuhnya. (knv/jor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini