"Rumah pernah kebanjiran. Rumah banjir 2007," kata CW sembari berjalan menuju ke Gedung Unit PPA Direktorat Kriminal Umum (Ditkrimum) Polda Metro Jaya, Jumat (16/3/2018).
Ada 5 anak yang disebut CW dirawatnya dengan alasan kemanusiaan. CW juga membantah melakukan kekerasan pada M alias F (14), salah seorang anak asuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya pelihara anak-anak cuma untuk kemanusiaan nggak ada yang lain," kata CW.
Kemudian, CW menyebut kondisi keluarga beberapa anak yang diasuhnya. Salah seorang ibu anak asuhnya disebut CW meninggal dunia karena HIV.
"Saya kasih tahu ibunya ini di Sumba Barat, sudah kawin benar sama polisi. Waktu penyerahannya juga neneknya ada sama saya waktu itu. Tapi nggak ditanya polisi. Anak kedua, ibunya ngaku pekerja seks komersial (PSK) dan benar PSK dan sakit HIV. Kemarin saya cek. Boleh catat. Kampung Rawa 2 nomor 31. Ternyata ibunya sudah meninggal karena HIV. Jalan sendiri malam-malam," tutur CW.
Sementara itu, salah seorang pengacara CW, Bambang Kusuma Edi, menyebut kliennya memiliki trauma tinggal di rumahnya. Menurut Bambang, trauma itu disebabkan CW pernah dirampok sehingga pindah ke hotel.
"Yang sempat saya tangkap dari hasil tadi malam, saya mendatangi (pemberi) kuasa tadi malam. Ibu ini ada rumah tapi dengan trauma masa lalu. Yang sekilas (saya tangkap) pernah dirampok, ada tindak kekerasan," ujar Bambang.
Kasus dugaan kekerasan ini bermula saat polisi mendapatkan laporan soal M alias F dari Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI). M awalnya kabur dari Hotel Le Meridien, tempat tinggalnya selama ini bersama ibu asuhnya.
Kepada pihak LPAI, M menceritakan kekerasan psikis seperti disuruh tidur di kamar mandi oleh ibu asuhnya. M bisa ke LPAI karena diantar oleh Rini, seorang perempuan yang tadinya berniat mengasuhnya.
(knv/dhn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini