"Beberapa kelompok yang ditangkap Polri kenapa waktu itu begitu leluasa menyebarkan hoax ujaran kebencian, karena waktu yang lalu semua orang bisa beli kartu perdana Rp 10 ribu untuk caci maki doang," kata Niken saat acara diskusi di gedung Dewan Pers, Jl Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Selasa (13/3/2018).
Niken memaparkan kelompok Saracen yang sebelumnya sudah ditangkap Polri memiliki 800 ribu akun karena memiliki banyak nomor perdana.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam data yang dipaparkannya, dari 265 juta penduduk Indonesia, hampir 50 persen menggunakan internet dan 49 persen menggunakan media sosial. Khusus anak muda pengguna media sosial mencapai 67 persen.
"Judulnya hoax dan hoax itu penyebarannya 90 persen dari dunia digital, kita lihat dulu data digital dunia bahwa penduduk dunia hampir 7,6 miliar. Penduduk Indonesia itu 265 juta, pengguna internetnya 50 persen, kemudian pengguna media sosialnya 49 persen, khusus anak muda 67 persen," papar Niken.
Selain itu, untuk pengguna telepon genggam berjumlah 2 kali lipat dari jumlah penduduk Indonesia. Ini disebabkan penduduk Indonesia memiliki lebih dari satu telepon genggam.
"Pengguna handphone di Indonesia ternyata jumlahnya hampir dua kali lipat dari penduduk Indonesia. Karena masing-masing orang kan dua. Itu kenapa nomor ataupun akun ada 415 juta. Ini artinya 157 persen masyarakat Indonesia mempunyai handphone," ujarnya.
Terakhir, Niken menyarankan masyarakat menggunakan media sosial untuk hal positif dan bermanfaat.
"Kenapa internet tidak kita gunakan untuk mengubah dunia karena kita bisa memilih positif dan negatif, hoax ujaran kebencian tujuannya apa untuk pabrik emosi sehingga tidak percaya pemimpin atau pemerintah dan lainnya karena itulah muncul persepsi negatif," tegas dia. (hri/hri)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini