Ahok selalu mengklaim memiliki kedekatan dengan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri. Saat pembicaraan soal Pilgub DKI 2017 mulai memanas, muncullah wacana Ahok untuk maju melalui lewat jalur independen. Rencananya itu cukup mengangetkan banyak pihak.
Relawan pun muncul untuk membantu Ahok merealisasikan harapannya. Kelompok relawan yang menamakan dirinya Teman Ahok mulai menggalang dukungan KTP untuk Ahok di kisaran Juni 2015 lalu. Dukungan yang kian banyak membuat Ahok menegaskan keinginannya maju lewat jalur independen.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dua partai pun merapat dengan memberikan dukungan meski Ahok maju lewat jalur independen yaitu NasDem dan Hanura. PDIP sebenarnya kala itu menunjukkan sinyal untuk mengusung Ahok dengan kembali membawa pasangan-Djarot. Namun PDIP tampak geram karena pernyataan Ahok yang memberi tenggat waktu terhadap PDIP.
Teman Ahok berhasil mengumpulkan satu juta KTP untuk Ahok di tengah deraan tudingan berbagai pihak. Namun Ahok sempat didera kegalauan dan menunjukkan ingin maju lewat partai politik meski sebelumnya tegas menyatakan ingin maju lewat independen.
Baca Juga: Pastikan Maju Diusung 3 Partai, Ahok: Kami Tak Tunggu PDIP
Kegalauan Ahok semakin menjadi ketika Golkar di bawah kepemimpinan Setya Novanto juga merapat untuk menjadi partai pendukungnya. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk menempuh jalur parpol politik pada Pilgub DKI. Teman Ahok juga melunak dan memberi persetujuan.
"Sudah, saya pakai parpol saja lah. Terimakasih," kata Ahok di pengujung sambutannya dalam halal bihalal di Sekretariat Teman Ahok, Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Rabu (27/7/2016).
Tiga partai pendukung Ahok berkoordinasi dengan Teman Ahok dan pembentuk tim sukses. Namun kian hari, nama Teman Ahok tampak semakin meredup. Apalagi Ahok sempat menyatakan masih menunggu PDIP.
Baca Juga: Tolak Jadi Petugas Partai, Ahok: Pernah Dalam Sejarah Partai Mengatur Saya?
Jika sebelumnya Ahok yang jual mahal, giliran partai banteng moncong putih itu yang sedikit berada di atas angin. Sejumlah politisi PDIP bahkan terang-terangan menyerukan penolakannya kepada Ahok. Bahkan sempat beredar video pengurus DPD PDIP DKI menyanyikan yel-yel 'Ahok Pasti Tumbang'.
Kian digantung membuat Ahok sedikit gerah. Ia lalu mulai sedikit mengeluarkan taringnya. Sebab ada kabar yang menyebut, PDIP bersedia mengusung Ahok jika ia mau menjadi petugas partai sebagai syarat dapat diusung ke Pilgub DKI 2017.
"Aduh, mau petugas partai bagaimana? Orang partai kan semua mengusung mendukung. Semua sudah sama. Pernah enggak dalam sejarah politik, partai mengatur saya?" kata Ahok di Balai Kota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Rabu (10/8/2016).
"Terus hari ini orang minta saya, 'Kalau mesti dicalonkan mesti masuk partai saya.' Saya bilang, 'Enggak bisa.'," imbuh dia.
Kian mendekati pendaftaran calon pasangan, isu semakin berkembang. Berbagai nama muncul di bursa kandidat cagub untuk menjadi lawan bagi Ahok. Seperti kader Gerindra Sandiaga Uno, Yusril Ihza Mahendra, Anies Baswedan, Yoyok Riyo Sudibyo. Namun yang paling berat bagi Ahok adalah nama Wali Kota Surabaya Tri Rismahari yang juga kader PDIP.
Risma pun dianggap sebagai lawan yang paling mampu mengalahkan Ahok. Hampir semua partai di luar pendukung Ahok menginginkan Risma untuk bisa maju di Pilgub DKI. Elektabilitas Ahok menurun karena nama-nama yang masuk dalam bursa. Sementara elektabilitas Risma di kancah DKI meroket.
"Ya enggak apa-apa. Berarti Bu Risma bisa saja datang kalau dia mau kan?" tanggap Ahok di Balai Kota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Jumat (19/8/2016) saat dikonfirmasi.
Berbagai kalangan terus menyuarakan agar PDIP membawa Risma untuk menyaingi Ahok. Dinamika di internal PDIP sendiri juga sempat tidak satu suara. Hingga akhirnya kepastian itu terpecahkan pada Selasa (20/9) malam. Ahok bisa bernafas lega karena akhirnya PDIP kembali menjatuhkan pilihan kepada dirinya.
Pada sore harinya, Ahok diminta merapat ke rumah Megawati Soekarnoputri bersama Djarot. Namun setelah pertemuan tertutup, Ahok sempat kembali ke kantornya dan tidak menegaskan bahwa ia akan diusung oleh PDIP. Ia justru mengesankan pertemuan di Teuku Umar cukup alot.
Namun nyatanya Ahok dan Djarot datang bersama saat pengumuman pasangan calon oleh PDIP. Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto yang menyampaikan pengumuman tersebut.
Baca Juga: PDIP Resmi Usung Ahok-Djarot di Pilgub DKI
"Tamu yang ditunggu-tunggu. Cagub Provinsi DKI Ir Basuki Tjahaja Purnama, semoga cahaya betul-betul membawa Basuki kepada keselamatan, ketenteraman dan cahaya. Semoga Pak Ahok kembali kepada fitrohnya sesuai amanah. Dan sebagai Cawagub adalah Drs Djarot Saiful Hidayat," ujar Hasto mengumumkan di Kantor DPP PDIP, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Selasa (20/9/2016) malam.
Pada pengumuman itu, Ahok dan Djarot meneken kontrak politik dengan PDIP. Salah satu poinnya adalah mengenai janji pasangan tersebut untuk membagun dan membawa kesejahteraan bagi rakyat.
PDIP pun meminta agar dinamika yang terjadi sebelumnya untuk tidak diungkit-ungkit lagi. PDIP kini fokus pada lembaran baru untuk memenangkan seluruh pasangan calon yang diusung mereka, termasuk Ahok-Djarot.
Baca Juga: Salam Damai Ahok dengan Gembong Warsono yang Sempat Menginginkannya Tumbang
"Seluruh dinamika di DKI atau daerah lain dengan adanya keputusan ini, dengan demikian seluruh dinamika yang pernah terjadi kita tutup selamanya dan kita akan buka lembaran baru untuk menghadapi pertarungan pada hari esok. Kita yakini pada Pilkada serentak, PDIP akan keluar sebagai pemenang," tegas Ketua DPP PDIP Andreas Hugo Pareira di lokasi yang sama.
Siang nanti sekitar pukul 13.00 WIB, Ahok dan Djarot akan bersama-sama berangkat ke KPUD DKI Jakarta untuk mendaftarkan diri sebagai pasangan calon. Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri akan turut serta mendampingi keduanya.
Baca Juga: Setelah Sebut Ahok Pasti Tumbang, Kini Prasetyo Nyanyi Ahok-Djarot Menang (elz/hri)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini