Tolak Jadi Petugas Partai, Ahok: Pernah Dalam Sejarah Partai Mengatur Saya?

Panasnya Pilgub DKI

Tolak Jadi Petugas Partai, Ahok: Pernah Dalam Sejarah Partai Mengatur Saya?

Danu Damarjati - detikNews
Rabu, 10 Agu 2016 10:27 WIB
Foto: Rengga Sancaya/detikcom
Jakarta - Kandidat calon gubernur petahana Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menolak tawaran menjadi petugas partai sebagai syarat dapat diusung ke Pilgub DKI 2017. Meski begitu, akhirnya Ahok juga didukung tiga partai politik, yakni Partai NasDem, Hanura, dan Golkar.

"Aduh, mau petugas partai bagaimana? Orang partai kan semua mengusung mendukung. Semua sudah sama. Pernah enggak dalam sejarah politik, partai mengatur saya?" kata Ahok di Balai Kota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Rabu (10/8/2016).

Ahok menepis kekhawatiran bahwa dirinya bakal menjadi petugas partai karena kini telah didukung parpol, dan juga menempuh jalur parpol, menuju Pilgub DKI 2017. Dia juga pernah menolak tawaran harus menjadi kader partai untuk mendapat dukungan partai.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Terus hari ini orang minta saya, 'Kalau mesti dicalonkan mesti masuk partai saya.' Saya bilang, 'Enggak bisa.'," kata Ahok.

Dia menjelaskan, semua partai bersikap menawari dirinya menjadi kader. Hal ini dikemukakannya saat ditanyai partai apa gerangan yang menyodorkan tawaran menjadi kader agar Ahok mendapat dukungan.

"Ya enggak, semua partai mesti menawari dong. Ya kan?" jawab Ahok.

Sebagaimana diketahui, setelah mendapat dukungan tiga parpol, pihak Ahok masih berusaha menggalang dukungan dari PDIP. Momen keakraban Ahok dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dalam mobil Volkswagen Caravelle pada 28 Juli kemarin menjadi peristiwa jelang Pilgub yang mengundang tanda tanya, apakah jadi Ahok didukung PDIP atau tidak. Apalagi di dalam mobil juga ada Presiden Jokowi, mantan tandem Ahok di Jakarta yang juga kader PDIP. Apa yang dibicarakan dalam mobil itu?

"Nanti aku kasih rekaman video nya. Mau tau aja," kata Ahok sambil bercanda.

Ahok juga menceritakan kembali perjalanan politiknya. Garis besarnya, Ahok tak pernah mau diatur-atur partai. Dia sempat menjadi Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Perhimbunan Indonesia Baru (PIB).

"Pernah enggak partai ngatur-ngatur? Jadi Sekjen, gue (saya) berhenti, keluar, ini Kartu Anggota, ini saya Sekjen. Saya berhenti," kata Ahok.

Lantas dia masuk ke Partai Golkar. Saat itu dia diberi peringatan agar tak maju ke Pilgub DKI 2012, atau Ahok dipecat dari partai. Namun Ahok memilih maju ke Pilgub DKI.

"Masuk ke Golkar, kalau kamu calon di DKI, nanti kita pecat. Pecat saja. Berhenti saya," kata Ahok.

Ahok kemudian mendarat ke Gerindra. Namun gara-gara Ahok tak setuju Pilkada dilakukan via DPRD, Ahok keluar dari Gerindra yang mendukung Pilkada tak langsung itu.

"Apa masih kurang (bukti tak bisa diatur partai)?" tandas Ahok. (dnu/van)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads