Kasus DBD di Kota Pasuruan pada 2020 di Kota Pasuruan tercatat sebanyak 90, sementara di tahun 2021 meningkat sebanyak 105 kasus. Gus Ipul mengimbau masyarakat mewaspadai potensi penyakit yang biasanya mengikuti musim penghujan itu agar jumlahnya bisa ditekan.
"Perlu kerja bersama untuk mengantisipasi DBD dengan cara kerja bakti membersihkan selokan, menguras bak mandi secara berkala dan menutup tempat-tempat yang berpotensi tergenang air. Kaleng bekas atau wadah-wadah yang berpotensi menimbulkan genangan air kalau bisa juga harus dikubur," kata Gus Ipul, Senin (10/1/2022).
Gus Ipul sudah meminta Dinas Kesehatan dan Puskesmas menyosialisasikan pentingnya mencegah potensi serangan DBD. Jumantik atau juru pemantau jentik serta kader kesehatan yang ada di setiap RT juga diminta aktif melakukan pencegahan.
"Caranya ya mengajak masyarakat secara bersama bergotong-royong membersihkan lingkungan. Insyaallah DBD bisa diatasi dengan kesadaran kolektif bersama," terang Gus Ipul.
Masyarakat juga diminta segera membawa anggota keluarga jika ditemukan gejala DBD yakni demam tinggi. Selama ini, DBD memiliki tiga fase. Yakni, fase awal, kritis, dan penyembuhan. Namun, sering kali masyarakat salah menganggap bahwa demam turun adalah proses penyembuhan.
"Padahal fase kritis ketika demam turun ke suhu normal. Saat suhu tubuh turun, justru pembuluh darah mengalami kebocoran dengan efek munculnya tanda-tanda perdarahan pada kulit dan organ lainnya. Jadi harus peka sehingga ada penangangan dini," pungkasnya. (iwd/iwd)