Muncul Perkumpulan Dukun Banyuwangi Gelar Festival Santet-Catut Nama Gus Miftah

Kaleidoskop 2021

Muncul Perkumpulan Dukun Banyuwangi Gelar Festival Santet-Catut Nama Gus Miftah

Ardian Fanani - detikNews
Kamis, 30 Des 2021 16:27 WIB
Disbudpar Banyuwangi Bakal Klarifikasi Perdunu
Perdunu Banyuwangi (Foto: Ardian Fanani/detikcom)
Banyuwangi -

Sejumlah orang yang mengaku sebagai dukun atau paranormal mendeklarasikan diri dalam sebuah perkumpulan atau wadah. Mereka menamakan perkumpulan itu dengan Perdunu (Persatuan Dukun Nusantara).

Deklarasi digelar di Desa Sumberarum, Kecamatan Songgon, Rabu (3/2/2021). Kegiatan digelar dengan pengenalan logo, pembentukan pengurus hingga pemotongan Tumpeng sebagai ucapan syukur. Kegiatan deklarasi dilakukan dengan protokol kesehatan yang ketat.

Ketua Umum Perdunu, Gus Abdul Fatah Hasan mengatakan, Perdunu lahir untuk memberikan manfaat kepada masyarakat. Selama ini, banyak yang tahu untuk membicarakan masalah dukun. Sehingga, niat baik dari para dukun atau paranormal ini diharapkan bisa memberikan solusi nyata bagi masyarakat.

"Memang selama ini kan tabu dibicarakan. Makanya kita publikasikan kepada masyarakat bahwa ada perkumpulan ahli spiritual di Banyuwangi," ujarnya kepada wartawan seusai deklarasi.

Menurutnya, saat ini sudah banyak yang bergabung dalam Perdunu. Mereka kebanyakan adalah ahli spiritual yang membidangi segala macam keahlian.

"Kita segmentasikan keahlian dukun yang ada. Misal pengobatan dari medis hingga non medis. Ada pula tentang psikologis, dari yang logis dan non logis. Bisa seperti penglaris hingga jabatan itu ada segmentasinya," tambahnya.

Dalam program kerja perkumpulan dukun atau paranormal ini, bakal menggelar Festival Santet dan mengenakan destinasi mistis di Banyuwangi.

"Program kerja kita paling dekat adalah doa bersama dan kegiatan pengobatan gratis. Semoga bisa terlaksana dengan baik," tambahnya.

Festival ini akan menjelaskan tentang ilmu-ilmu spiritual yang masih ada di Banyuwangi. Tak hanya itu, mereka juga akan dikenakan dengan destinasi mistis di Banyuwangi. Di antaranya, Alaspurwo, Rowo Bayu dan Antaboga di Kecamatan Glenmore.

"Kita akan menggelar Festival Santet. Banyak macam yang akan kita gelar di festival itu. Nanti bagaimana pengenalan orang terkena santet atau sihir. Dan juga kita kenalkan destinasi mistis di Banyuwangi. Ada 3 kalau ndak salah tadi usulannya. Alaspurwo, Rowo Bayu dan Antaboga," tandasnya.

Sekretaris Umum Perdunu, Ali Nur Fatoni mengatakan, Perdunu berdiri untuk memberikan kemaslahatan masyarakat. Pedunu sebagai wadah untuk masyarakat memberikan edukasi terhadap ilmu perdukunan. Termasuk menjelaskan spesifikasi keahlian dukun.

"Semoga Deklarasi Perdunu bermanfaat bagi masyarakat Indonesia. Perdunu nusantara didirikan untuk memberikan edukasi ke masyarakat tentang spesifikasi kemampuan pelaku spiritual," ujarnya kepada detikcom.

"Nantinya yang bergabung akan kita publikasikan keahlian mereka. Bisa tentang medis, psikologis dan masih banyak lagi. Sesuai spesifikasinya," tambahnya.

Adanya Perdunu ini, kata pria yang akrab dipanggil Toni ini, agar masyarakat tidak tertipu dengan modus dukun abal-abal yang akan menjerumuskan masyarakat menuju aksi penipuan.

"Nah ini yang penting. Karena jangan sampai masyarakat tertipu dengan dukun abal-abal. Karena sudah banyak masyarakat yang ditipu dukun dengan modus berbagai cara," tambahnya.

Adanya Perdunu, membuat Dewan Kesenian Blambangan (DKB) Banyuwangi angkat bicara. Tak hanya itu, rencana program kerja Perdunu, yang bakal menggelar festival santet ditentang dengan keras.

Ketua DKB Banyuwangi, Hasan Basri mengatakan, ajang Festival Santet yang bakal digelar Perdunu sedikit melukai perasaan masyarakat Banyuwangi. Karena, image Banyuwangi sebagai kota santet akan kembali terulang. Padahal, Pemerintah kabupaten telah berupaya keras merubah image itu selama 10 tahun.

"Sebenarnya membuat perkumpulan hak masyarakat tapi juga harus berpikir apakah itu nantinya melukai masyarakat lain tidak? Hendaknya berpikir kepada kepentingan yang lebih luas," ujarnya.

"Pemkab dan masyarakat selama 10 tahun berdarah-darah merubah image dari kota santet ke kota Internet dan wisata. Eman jika sampai terulang lagi julukan itu," imbuhnya.

Kegiatan festival identik dengan program kerja Pemkab Banyuwangi dalam upaya menghapus stigma negatif. Selain itu sebagai kegiatan yang nisa memberikan manfaat bagi masyarakat lain. Namun jika diberi embel-embel santet, akhirnya berkonotasi negatif.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) dan DKB Banyuwangi akhirnya melakukan klarifikasi ke Perdunu Indonesia, terkait polemik yang terjadi saat ini.

Kegiatan digelar di Aula Disbudpar Banyuwangi, Senin (8/2/2021). Hadir dalam acara itu, Ketua MUI KH Muhammad Yamin, Kepala Disbudpar Banyuwangi, MY Bramuda, Kepala Kesbangpol, Aziz Hamidi dan beberapa ormas seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama dan anggota Perdunu Indonesia.

Ketua MUI Banyuwangi, KH. Muhammad Yamin mengatakan, klarifikasi ini dilakukan sebagai bentuk tabayun adanya deklarasi wadah para dukun yang digelar beberapa hari yang lalu. Ini agar tidak terjadi polemik yang berkepanjangan.

"Tentu saat ini masyarakat bertanya apa itu Perdunu? Apa itu Festival Santet. Karena lain antara santet dan sihir. Namun secara nasional mereka tidak bisa membedakan santet dan sihir. Ini juga mewakili keterkejutan kami," ujarnya membuka acara yang digelar secara protokol kesehatan.

Menurutnya, image Banyuwangi yang dipertaruhkan kita adanya polemik munculnya Perdunu.

"Apalagi pada tahun 98 ada isu nasional masalah santet. Santet sudah menjadi internasional bahkan. Image-nya jelek. Artinya apa yang dibangun sepuluh tahun terakhir menghilangkan (image tersebut). Dulu orang ke Banyuwangi datang mencari dukun. Kalau sekarang sudah hampir bukan kota angker lagi. Ibaratnya, orang ke Banyuwangi harus sakti. Dari selatan harus masuk genteng, utara Bajulmati," tambahnya.

Perdunu Indonesia akhirnya memutuskan untuk menghapus istilah Santet dalam Festival Santet, yang menjadi pergunjingan masyarakat. Tapi mereka tetap menggunakan kata Dukun dalam perkumpulan yang mewadahi mereka. Keputusan ini diambil, karena berdasarkan masukan-masukan dalam forum klarifikasi di Kantor Disbudpar Banyuwangi, kata santet memang memiliki makna yang tabu dan menimbulkan keresahan di masyarakat.

Namun Perdunu tak patah arang. Mereka kemudian berencana menggelar kegiatan seminar yang menghadirkan Gus Miftah. Gus Miftah meminta klarifikasi terhadap panitia kegiatan seminar Internasional yang bertema "DUKUN dan PERDAMAIAN DUNIA". Munculnya foto dirinya sebagai narasumber acara yang diduga digelar oleh GP Ansor Banyuwangi, Matan Banyuwangi dan Persatuan Dukun Nusantara (Perdunu) Indonesia, banyak dikomplain oleh para Kiai, Ustaz dan jemaahnya.

"Tolong pihak yang bertanggung jawab klarifikasi ke public apa maksudnya, karena saya banyak dikomplain oleh para kyai dan ustadz serta jamaah," tulis Gus Miftah dalam akun Instagram-nya yang dilihat detikcom, Jumat (19/2/2021).

Tak hanya para Kiai, Ustaz dan jemaah, Gus Miftah juga sempat ditegur oleh Ustaz Yusuf Mansur, terkait keterlibatannya dalam seminar yang rencananya digelar di Banyuwangi, 6 Maret 2021 ini.

"Termasuk guru saya @yusufmansurnew bertanya soal ini. Semoga kita semua diampuni dosa-dosanya," ujarnya Gus Miftah.

Gus Miftah, dai kondang asal Yogyakarta meminta klarifikasi seiring beredarnya pamflet Seminar Internasional tentang Dukun di Banyuwangi. Gus Miftah mengaku tak dikonfirmasi terkait acara yang diduga digelar oleh GP Ansor Banyuwangi dan Perdunu Indonesia.

Pamflet itu beredar di Banyuwangi sejak beberapa waktu lalu. Namun hari ini, Jumat (19/2/2021) muncul permintaan klarifikasi Gus Miftah, melalui akun medsos-nya.

"Klarifikasi........ saya tidak ada konfirmasi dengan acara ini, saya tidak tahu sebelumnya, kok nama saya ada di dalamnya ya?" tulis Gus Miftah di akun instagramnya.

Selain dua pemateri di atas, adapula pemateri yakni Mochtar Nabeel (Pengamat Supranatural dari Universitas Al-Azhar), Abdul Fatah Hasan (Ketua Umum Perdunu), Fatchan Himami Hasan (Bendum PC GP Ansor Banyuwangi), dan Ali Nurfatoni (Sekjen Perdunu).

Gus Miftah meminta klarifikasi terkait pencatutan namanya dalam Seminar Internasional bertemakan Dukun dan Perdamaian Dunia. Bahkan, dia menegaskan bakal menolak mengisi kegiatan tersebut.

"Kalau toh temanya diganti karena imagenya awal itu dari perdukunan dan lain sebagainya, sempat rame persantetan saya tetap tidak mau," kata Gus Miftah kepada detikcom.

Seminar Internasional tentang perdukunan tersebut rencananya akan digelar oleh GP Ansor Banyuwangi pada tanggal 6 Maret 2021. Namun dalam pamflet tertera logo Perdunu Indonesia yang beberapa waktu lalu menuai kontroversi di masyarakat.

Dalam pamflet tersebut Gus Miftah didapuk sebagai keynote speaker dan disandingkan dengan pemateri yang merupakan Ketua Umum dan Sekjen Perdunu. Pencatutan nama tersebut, kata Gus Miftah, membuat nama baiknya tercoreng.

"Ini saja saya masih banyak di komplain sama kiai-kiai. Kok malah ngurip-nguripi (Menghidupkan) perdukunuan itu bagaimana gus? Imagenya ke saya jadi jelek banget gitu lho. Sembrono menurut saya itu panitia," sesal Gus Miftah.

"Walaupun ganti tema toh penyelenggaranya perdukunan itu tetap saya gak akan ikut. Karena tema ngaji saya selama ini adalah Islam yang rasional. Jadi kalau kemudian kaitannya dengan itu jelas merusak image saya. Makanya saya gak mau," tegasnya.

Halaman 2 dari 4
(fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.