Putri perupa Awiki, Lely Murwiki mengatakan, butuh kurang lebih 9 kardus cat minyak dengan berat bersih masing - masing 200 mili liter. Itungan itu dengan asumsi untuk lukisan ukuran 100cm x 125 cm bisa menghabiskan 3 dos cat minyak.
Cat minyak pada lukisan berjudul Pasar Bunga bukan yang murahan. Demi menjaga kualitas dan agar tidak mudah berjamur, kata Lely Murwiki, ayahnya memilih cat minyak berkualitas tinggi dengan harga yang menguras dompet.
"Bapak biasa menggunakan cat minyak jenis Rembrandt, Van Gogh dan Winton. Cat minyak itu harus kami order di Bandung dan Jakarta karena stok di Bali sedikit. Kadang order di Bali tapi barang tetap didatangkan dari Jakarta," ungkap Lely Murwiki.
"Ide lukisan itu berasal dari aktivitas Pasar Bunga Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Dulu banyak pedagang bunga yang datang ke ayahnya untuk menjual dagangannya," tambah putri pelukis Awiki yang merangkap sebagai juru bicara sekaligus manajer sang ayah.
Awiki, lanjut Lely, pernah berpesan agar tidak semua lukisan karyanya di jual ke tangan kolektor. Sang Papa ingin ada lukisan pribadi yang disimpan untuk koleksi.
"Jangan semua lukisan dijual, kalau dijual semua bisa habis. Karena ada rencana Papanya mendirikan museum," imbuhnya.
Ada puluhan lukisan milik Awiki yang sampai saat ini tak dijual. Lely menambahkan, lukisan - lukisan itu masih disimpan sebagai koleksi di galerinya.
"Selain lukisan Pasar Bunga yang sekarang dipajang di Pameran ArtOs Kembang Langit Banyuwangi, masih ada puluhan lukisan koleksi pribadi lainnya. Lukisan itu ada yang pakai kuas di awal Papa melukis sampai lukisan palet yang masih tipis - tipis," pungkasnya.
(iwd/iwd)