Akademisi Unesa Sebut Pejabat Tak Bisa Ikuti Visi Eri Cahyadi Harus Sadar Diri

Akademisi Unesa Sebut Pejabat Tak Bisa Ikuti Visi Eri Cahyadi Harus Sadar Diri

Esti Widiyana - detikNews
Jumat, 17 Des 2021 18:51 WIB
wali kota surabaya eri cahyadi
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi (Foto: Esti Widiyana)
Surabaya - Pemkot Surabaya dikabarkan akan melakukan rotasi jabatan. Akademisi Universitas Negeri Surabaya (Unesa) menilai hal ini merupakan putusan yang wajar dilakukan. Sebab, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi juga tentunya akan menyusun tim yang solid, kompeten, memiliki visi teknologi, dan loyal.

"Rotasi di organisasi kan hal yang wajar. Wali kota punya visi, tentu dia memilih tim beranggotakan orang-orang yang dinilai mampu menerjemahkan visi tersebut. Ini sesuatu yang wajar dalam upaya mewujudkan kebijakan publik yang selaras dengan visi wali kota," kata Akademisi Unesa Dr Dian Anita Nuswantara SE Ak MSi saat dihubungi wartawan, Jumat (17/12/2021).

Dian menjelaskan saat ini tantangan birokrasi semakin kompleks, terlebih saat ada pandemi COVID-19. Selain dituntut lebih responsif, birokrasi juga harus memahami lanskap perubahan perilaku masyarakat akibat pandemi, mulai dari sisi ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. Salah satu pendorong perubahan perilaku tersebut adalah aspek teknologi.

"Lanskap dunia sudah berubah. Salah satunya karena teknologi. Saya melihat Pak Eri Cahyadi punya visi teknologi yang kuat. Maka timnya harus mengikuti. Yang tidak bisa mengikuti, ya harus sadar diri," jelasnya.

"Kadang-kadang ada sebagian orang yang merasa orang yang paling lama di dinas dan berhak menduduki suatu jabatan. Namun faktanya, dia tidak memiliki visi teknologi terbaru, dia juga tidak bisa membaca peta perubahan masyarakat yang butuh direspons cepat," tambah dosen FEB Unesa ini.

Dian mengatakan pada era Tri Rismaharini saat masih menjabat sebagai Wali Kota Surabaya, mungkin sudah ditata sedemikian rupa. akan tetapi, setiap pemimpin memiliki tantangan zaman yang berbeda. Saat ini tantangannya adalah perubahan teknologi yang sangat cepat, terlebih adanya pandemi COVID-19, semua orang dipaksa untuk paham teknologi komunikasi.

Salah satu cara untuk mengetahui kemampuan pejabat itu, lanjut Dian, adalah melalui asesmen. Sebab dalam asesmen sangat lengkap untuk mengetahui kompetensi, minat, dan bakat seseorang. Apalagi bila konsep penilaian kinerja yang dipakai adalah 360 derajat, sebuah metode asesmen kinerja yang melibatkan atasan, rekan kerja, bawahan, sampai masyarakat.

"Dalam asesmen ada tes kemampuan dasar, ada tes wawacara, ada tes psikologi dan tes lainnya. Sehingga diketahui seseorang itu passionnya dimana, kemampuannya apa dan keterampilannya bagaimana. Sebab kemampuan dan keterampilan itu dua hal berbeda," ujarnya.

Menurutnya, jika kemampuan itu diperoleh lewat pengalaman dan belajar. Sedangkan keterampilan diperoleh melalui ketekunan. "Bagian administrasi, itu cukup memiliki ketrampilan. Tapi jika bagian analisis itu perlu kemampuan dan ketrampilan. Itulah fungsinya asesmen," kata dia.

Dian menegaskan jika yang harus digarisbawahi ialah setiap ada perubahan struktur pasti akan dibarengi dengan pro dan kontra atau kekecewaan. Oleh karena itu, diperlukan keterbukaan dan komunikasi yang baik antara pimpinan dengan orang-orang yang akan diganti.

"Bagi saya, terjadinya dinamika organisasi itu sangat wajar. Kondisi itu berangsur-angsur akan hilang seiiring dengan hasil kinerja yang positif," pungkasnya. (iwd/iwd)

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.