Sejarah Makam Bung Karno di Blitar, Awalnya Bernama Taman Bahagia

Sejarah Makam Bung Karno di Blitar, Awalnya Bernama Taman Bahagia

Erliana Riady - detikNews
Selasa, 14 Des 2021 07:16 WIB
Makam Bung Karno
Makam Bung Karno (Foto: Erliana Riady/detikcom)
Blitar -

Banyak pejabat menyebut bukan orang Indonesia jika belum berziarah ke Makam Bung Karno (MBK). Tempat peristirahatan terakhir Bung Karno ini awalnya bernama "Taman Bahagia".

Dalam buku Makam Bung Karno koleksi Perpusnas BK ditulis, sejarah MBK di Kelurahan Bendogerit, Sananwetan Kota Blitar ini merupakan awal Pemerintahan Kota Blitar yang masih diwarnai semangat juang yang kuat. Semangat ini juga didorong kunjungan pertama Bung Karno di tahun 1950.

Dalam kunjungan itu, Bung Karno sempat berpidato di Alun-Alun Blitar menyampaikan perlunya dibangun Taman Makam Pahlawan (TMP). Lokasi khusus para pahlawan yang gugur dan jenazahnya tersebar di berbagai tempat.

Melalui musyawarah bersama antara Bapak Darmadi Bupati Pemerintah Kabupaten Blitar dan Bapak Supardi Wali Kota Blitar serta para sesepuh Blitar antara lain Bapak dan Ibu Wardoyo (Kakak Bung Karno), Bapak Kartowibowo, Bapak Pramoesoedirdjo dan beberapa mantan Tentera Pelajar menyepakati rencana pembangunan TMP dengan mengambil sebagian tanah yayasan perkumpulan kematian "Mardi Mulyo" di Karang Mulyo Bendogerit Blitar. Kelak setelah terwujud, lokasi pemakaman itu dinamakan "Taman Bahagia". (Dokumentasi, 4/2/2018).

Ketika Ibunda Bung Karno, Ida Ayu Nyoman Rai wafat pada tanggal 12 September 1958, saat meninggal hingga pemakamannya ditunggui oleh Bung Karno dan tamu-tamu dari pusat. Saat itulah lokasi pemakaman itu ditetapkan dimakamkan di TMP "Taman Bahagia".

"Itu karena ibunda Bung Karno oleh Bangsa Indonesia telah diterima sebagai Pahlawan yang melahirkan tokoh bangsa," papar Kabid Pengelolaan Destinasi Wisata pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Heru Santoso, Selasa (14/12/2021).

Ketika Bung Karno wafat pada tanggal 21 Juni 1970, atas keputusan Presiden Soeharto dimakamkan di tempat ini dengan alasan disandingkan dengan ibundanya. Saat itulah tampak pemandangan ratusan ribu rakyat di makam tersebut. Bahkan militer harus ekstra ketat menjaga lautan manusia yang ingin merangsek mendekat, melihat, menyentuh peti jenazah Bung Karno.

Simak juga 'Momen Mensos Risma Percantik Makam Bung Karno di Blitar':

[Gambas:Video 20detik]



Pada 22 Juni 1970 sekitar pukul 15.00 WIB, jenazah Bung Karno tiba di Pangkalan Udara Abdulrahman Saleh Malang. Upacara militer pemakaman dengan cepat dilakukan dengan Inspektur Upacara Jenderal Maraden Panggabean.

Pemakaman Bung Karno di Blitar ini sebenarnya tidak disetujui pihak keluarga. Keluarga ingin mematuhi pesan Bung Karno agar setelah wafat nanti ingin dimakamkan di bawah pohon yang rindang dan gemericiknya air yang mengalir di bawahnya. Lokasi yang diinginkan Bung Karno itu disebut berada di daerah Periangan. Kemungkinan yang dimaksud Bung Karno adalah di Istana Batu Tulis, Bogor.

Juni 1978 TMP "Taman Bahagia" ini dipugar, dengan memindahkan makam-makam para pahlawan yang berada di tempat tersebut ke TMP "Raden Wijaya". Lokasi pemakaman pahlawan ini elah dilakukan sejak bulan Februari 1970. Atau empat bulan sebelum Bung Karno wafat.

Jadi di TMP "Taman Bahagia", tinggal makam Bung Karno dan ibundanya. Lalu ditambah dengan pemindahan kerangka jenazah ayahanda Bung Karno yang kedua, setelah kepindahan pertamanya di tahun 1975 dari Pemakaman Umum "Karet" di Jakarta. Batu nisannya dari pemakaman "Karet" di Jakarta hingga kini masih tersimpan di Istana Gebang.

Makam Bung KarnoArea Makam Bung Karno/ Foto: Erliana Riady

"Tahun 1978, ada gagasan dari pemerintah pusat untuk membangun makam. Waktu itu yang menjadi pimpinan proyek pembangunan makam ini adalah Siswono Yudho Husodo. Diselesaikan serta diresmikan tanggal 21 Juni 1979. Saat itulah mulai dikenal dengan nama Makam Bung Karno," ulas Heru.

Tanggal 21 Juni 1979, Presiden Soeharto meresmikan Makam Bung Karno dengan menandatangani sebuah prasasti yang berbunyi: "Telah dipugar makam ini oleh Presiden Republik Indonesia" Blitar.

Pada awalnya, bangunan cungkup "Astana Mulyo" ditutup kaca setebal 10 cm. Masyarakat belum diperbolehkan melihat ke dalam cungkup atau nisan. Para peziarah hanya menaburkan bunga di tempat yang telah disediakan. Areal cungkup baru dibuka hanya untuk pejabat dan keluarga dengan penjagaan petugas dari Kodim 0808 Blitar.

Baru di tahun 2000 hingga sekarang, cungkup MBK dibuka untuk umum dengan melepas kaca penutup. (Dokumen Pribadi Perpustakaan Bung Karno). Kini MBK telah menjadi aset pariwisata sejarah unggulan Kota Blitar. Menjadi daya tarik utama berbagai lapisan masyarakat dari dalam dan luar negeri untuk datang berziarah.

Halaman 2 dari 2
(fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.