Tiga black spot di jalur menuju TWA Kawah Ijen Banyuwangi dikenal angker. Di black spot Sengkan Saleh misalnya, konon pengendara kerap mendengar suara gamelan.
Sengkan Saleh atau biasa disebut Sengkan Gandrung berada di 9 kilometer dari Jambu, pintu masuk atau gerbang menuju Ijen Via Banyuwangi. Di lokasi ini kerap kali ada suara gamelan ketika masyarakat melintas. Jalur turunan dan berkelok menambah angker lokasi ini.
Sukisman (60), warga lereng Gunung Ijen mengatakan, tanjakan tersebut dinamakan Sengkan Gandrung karena pernah terjadi kecelakaan rombongan gandrung, yang hendak tampil di daerah Sempol Bondowoso. Cerita itu pada zaman Belanda.
"Cerita orang dulu, masih zaman Belanda ada kundangan Gandrung di daerah perkebunan Sempol. Waktu itu masih jalan setapak. Pas di Sengkan gandrung ini, kuda yang dinaiki salah satu penari mati terjatuh. Akhirnya dinamakan Sengkan Gandrung," kata Sukisman kepada detikcom, Jumat (10/12/2021).
Beruntung, kata Sukisman, rombongan itu selamat meski harus meninggalkan kereta kuda yang tak bisa digunakan lagi. Karena kuda penari kereta mati di lokasi angker ini.
"Ini cerita masyarakat. Bisa dipercaya atau tidak. Karena memang lokasi itu sejak zaman Belanda sudah berbahaya. Meski saat ini sudah dikepras beberapa meter. Tidak setinggi dulu," tambahnya.
Sukisman mengaku belum pernah mengalami peristiwa mistis. Padahal sedari muda, ia sering melintasi jalur tersebut untuk bekerja sebagai penambang belerang.
"Kalau saya sendiri tidak pernah. Kalau cerita-cerita orang katanya sering. Saya sendiri waktu muda dulu bekerja mikul belerang. Mulai masih jalan setapak, sampai ada aspal," ungkapnya.
"Kalau ngomong angker, namanya hutan, namanya gunung pasti ada. Di sana juga sering terjadi kecelakaan yang menimbulkan korban jiwa," kata Sukisman.
Oleh sebab itu, saat berada di gunung atau hutan, sudah semestinya seseorang menjaga sikap serta memperbanyak doa. Ada norma-norma yang pantang dilanggar, terutama norma susila.
Lihat juga video 'Jelajahi Alam Indah yang Biasa untuk Sport Tourism':
"Jangan takut, tapi jangan nantang juga. Banyak berdoa saja agar diberikan keselamatan saat berada di hutan atau di gunung. Karena bagaimanapun dalam Agama Islam, hal gaib itu memang ada dan hidup berdampingan dengan manusia," pungkasnya.
Lain lagi yang diceritakan oleh Yahya (24). Warga Kecamatan Licin ini pernah mengalami kejadian menyeramkan yang tak bisa dinalar oleh akal sehat. Salah satunya ialah alunan musik gamelan yang sering didengar oleh pengendara saat melintasi Sengkan Gandrung.
Kala itu, Yahya bersama teman-temannya merayakan Tahun Baru 2017 di Pos Paltuding TWA Ijen. Selepas merayakan Tahun Baru, Robby bergegas pulang ke rumahnya karena ada keperluan mendadak. Sementara teman-temannya melanjutkan pendakian ke Puncak Gunung Ijen.
"Waktu itu saya pulang sendirian. Sekitar pukul 01.00 WIB dini hari," kata pemuda berusia 24 tahun ini.
Sampai di Sengkan Gandrung, Robby mulai mengalami peristiwa yang janggal. Tiba-tiba ia mendengar suara alunan musik yang cukup keras saat menuruni jalur dengan kemiringan cukup tajam tersebut.
Peristiwa tak wajar ini, spontan membuat bulu kuduknya berdiri. Terlebih sepanjang jalur tersebut merupakan hutan belantara yang tak dihuni manusia.
"Jelas kaget. Siapa coba yang tidak merinding, di tengah hutan yang sepi tiba-tiba terdengar suara musik. Suaranya jelas sekali," ceritanya.
Tanpa berpikir panjang, Robby langsung menggeber sepeda motornya. Ia pun tak memedulikan jalanan menurun dan berbelok di depannya. Yang ada di benaknya waktu itu, ia ingin segera keluar dari hutan tersebut.
"Alhamdulillah masih diberi keselamatan. Waktu itu saya ngebut sudah. Padahal jalanan menurun dan banyak belokan tajam. Namanya orang takut Mas," pungkasnya.
Seperti diketahui, kecelakaan tunggal terjadi di jalur menuju Kawah Ijen, tepatnya di Sengkan Saleh, Rabu (8/12). Sebuah motor matic menabrak tebing. Dua orang tewas.