Salah satu warga setempat, Kosim menerangkan awalnya jalan tersebut sempat disodet atau dikeruk untuk dikasih gorong-gorong. Namun usai pemasangan gorong-gorong saat musim hujan justru terjadi banjir.
"Airnya pun meluap ke lahan jagung, akhirnya jagungnya banyak yang hilang terbawa air," tutur Kosim kepada wartawan, Selasa (30/11/2021).
Karena banjir tersebut, lanjut Kosim, akhirnya banyak warga yang memprotes. Akhirnya gorong-gorong pun diambil. Setelah diambil, jalan pun diurug kembali. Namun saat diurug hanya menggunakan tanah liat.
![]() |
"Ini diurug bukan menggunakan material yang keras akhirnya kayak semacam lumpur, ketika banyak orang yang lewat akhirnya banyak yang mobilnya nggak bisa lewat karena bannya nancep," imbuh Kosim.
Menurut Kosim, jarak tempuh antara Kecamatan Mlarak ke Pulung sepanjang 14 kilometer. Sedangkan jalan yang rusak sepanjang 7 kilometer. Paling parah di titik bekas galian gorong-gorong.
Saat musim hujan, pengendara harus berhati-hati. Sebab, tak jarang roda mobil terjebak di dalam lumpur.
"Kalau memutar sejauh 35 kilometer, jalan ini harus diperbaiki secepat mungkin diaspal atau dicor," tandas Kosim.
Pengendara lain, Faizal asal Pulung mengaku setiap hari melewati jalan rusak tersebut. Pasalnya, ini merupakan akses satu-satunya yang bisa dia lewati dengan cepat.
"Saya habis dari Mlarak mau pulang ke Pulung, susah lewat sini kalau pas hujan," pungkas Faizal. (iwd/iwd)