Sementara itu khusus untuk koleksi keranda mayat, menjadi bagian hidup yang bermakna bagi Sutarji, karena menjadi pembuka hatinya untuk bisa mendekatkan diri kepada Tuhan.
"Setiap lihat keranda mayat, kemudian lihat makam ibu, ingat Tuhan," jelasnya.
Sutarji mengaku koleksi museum pribadinya tidak hanya berisi barang-barang menyeramkan seperti tali pocong maupun keranda mayat. Namun juga banyak koleksi lain yang bisa dilihat.
Barang-barang kuno koleksi Sutarji tersebut cukup lengkap, bahkan benda sederhana seperti pikulan kayu, sarang burung manyar, sarang tawon hingga senter lawas juga ada. Barang-barang elektronik di era 1960-an seperti televisi dan radio juga ada.
"Jidor atau alat musik untuk selawatan jaman dulu saya juga punya, itu buatan 1961. Kemudian mesin pemeras tebu yang masih pakai sapi juga ada," imbuh Sutarji.
Museum antik tersebut menjadi salah satu upayanya untuk melestarikan kebudayaan masyarakat pada masa-masa lampau. Keberadaan benda koleksinya juga bisa menjadi media pembelajaran bagi masyarakat.
"Kalau hari Minggu saya buka untuk umum, gratis, siapa yang mau datang boleh. Dulu sebelum pandemi banyak pelajar yang ke sini," kata Sutarji.
Lihat juga video 'Boneka yang Diisi Arwah Anak Kecil Korban Aborsi':
(fat/fat)