Bagi sebagian orang, keranda mayat maupun tali pocong merupakan benda-benda yang menyeramkan. Namun bagi Sutarji. Benda itu justru dikoleksi dan menjadi jalan taubat.Sutarji. Benda itu justru dikoleksi dan menjadi jalan taubat.
"Waktu saya muda dulu saya ini pembalap, dengan segala aktivitas lainnya. Pada suatu titik saya ingin taubat, mulai ikut pengajian dan sebaginya," kata Sutarji saat ditemui di rumahnya di Desa Aryojeding, Kecamatan Rejotangan, Tulungagung, Sabtu (20/11/2021 ).sebaginya," kata Sutarji saat ditemui di rumahnya di Desa Aryojeding, Kecamatan Rejotangan, Tulungagung, Sabtu (20/11/2021).
Ia mengaku telah berkali-kali ikut dalam kegiatan pengajian. Namun hal itu tidak mampu menyentuh hati untuk benar-benar bertaubat dari berbagai peristiwa kelam yang pernah dilakoni.
Dalam perjalanan spiritualnya itu, Sutarji akhirnya memutuskan untuk membeli sebuah mobil ambulans yang digunakan untuk mengantar jenazah. Sehingga setiap kali ada tetangga atau warga di lingkungannya, mobil tersebut dimanfaatkan.
"Dari situ hati saya sedikit tergugah dan ingat Tuhan. Bahkan jika ada orang meninggal saya biasa membantu di liang lahat untuk menerima dan menata jenazah," jelasnya.
Pria 64 tahun ini mengaku, meskipun telah tergugah hati, namun dia merasa masih kurang mantab. Akhirnya Sutarji memutuskan untuk membawakan mayat yang tidak terpakai dan dibawa pulang di rumahnya.mantab. Akhirnya Sutarji memutuskan untuk membawakan mayat yang tidak terpakai dan dibawa pulang di rumahnya.
Tidak main-main, jumlah keranda mayat yang dikoleksi saat ini telah mencapai 5 unit. Alat pengangkut jenazah itu diletakkan di sejumlah tempat. Mulai dari pintu masuk, depan kamar dan musala hingga di tengah pendapa museum pribadinya.