Belasan titik longsor tersebut tersebar di enam kecamatan. Dampaknya, sejumlah rumah warga rusak hingga roboh.
Sekretaris BPBD Trenggalek Tri Puspitasari mengatakan, 18 titik tanah longsor tersebut terjadi di Kecamatan Durenan, Kampak, Dongko, Panggul, Pule dan Munjungan. Sebagian besar material yang longsor menimpa rumah warga, sedangkan yang lain menutup akses jalan.
"Itu masih data sementara, bisa saja bertambah, karena sampai saat ini kami masih terus melakukan pemantauan dan pendataan bersama TRC BPBD yang ada di masing-masing kecamatan," kata Tri, Kamis (18/11/2021).
Menurut Tri, titik longsor paling banyak di Kecamatan Kampak. Meskipun hanya di satu desa, namun jumlah titik longsor mencapai delapan.
"Untuk tanah longsor yang paling banyak terjadi di Desa Ngadimulyo ada delapan titik. Tujuh titik di antaranya menimpa rumah dan ada rumah yang ambruk," jelasnya.
Tri menambahkan, terkait dampak longsor tersebut pihaknya telah menerjunkan tim kedaruratan guna membantu masyarakat membersihkan material longsor, yang menimpa rumah maupun jalan.
Dalam hasil analisa BPBD, kawasan yang mengalami longsor rata-rata berada di kawasan pegunungan. Tingginya tingkat kerawanan tanah longsor karena rumah yang dibangun masyarakat terlalu mepet dengan tebing atau lereng.
"Sedangkan pengepresan tebing yang digunakan untuk rumah terlalu curam, bahkan ada yang 90 derajat, sehingga ya mudah longsor," imbuhnya.
Tri mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan. Sebab sesuai ramalan cuaca dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), curah hujan di Trenggalek masih tinggi.