Membatik di kaus lebih rumit dari pada membatik di bahan kain. Butuh ketelatenan dalam membatik. Mulai membuat pola, mencanting hingga memberikan pewarnaan sesuai motif yang diinginkan.
Meski dalam tahap coba-coba, ternyata ibu-ibu rumah tangga ini berhasil membuat batik kaus yang luar biasa. Malah banyak yang terjual secara online dan offline.
Agar konsumen kaula muda terpikat batik ini, perajin membuat motif khusus. Mulai gambar mobil, kartun, grup band terkenal hingga tokoh pewayangan.
Cicit Cahyati, salah satu pembatik kaus mengatakan, dengan ikut dalam paguyuban Batik Bremi ini, ibu-ibu yang awalnya hanya berdiam diri di rumah sebagai ibu rumah tangga, akhirnya bisa mendapat penghasilan tambahan. Apalagi saat ini masih dalam suasana pandemi COVID-19.
Total anggota Batik Tulis Bremi ada 17 orang. Murni ibu rumah tangga di Kelurahan Sukabumi.
"Ada sekitar 17 ibu-ibu kampung asal Kelurahan Sukabumi yang ikut berkarya membatik di kaus. Bikin batik di kaus dengan motif berbagai macam. Hasil batiknya dijual di galeri dan diminati kawula muda," ujar Cicit saat dikonfirmasi di Galeri Batik Bremi, Sabtu (13/11/2021).
Perajin batik lainnya, Rina mengatakan, kaus batik mereka tak kalah dengan produk-produk pabrikan. Itu semua murni karya tangan dari kaum hawa setempat.
"Batik kita pakai di kaus. Karena batik kaus lebih laku ke anak-anak muda dan laris dan laku keras. Karena motifnya banyak. Banyak motif yang disukai kawula muda," kata Rina.
Setiap kaus batik harganya mulai Rp 150 ribu hingga di atas Rp 300 ribu. Tergantung kerumitan motif batiknya. (sun/bdh)