Mengenal Maestro Batik Banyuwangi yang Berkarya Sejak Zaman Jepang

Mengenal Maestro Batik Banyuwangi yang Berkarya Sejak Zaman Jepang

Ardian Fanani - detikNews
Jumat, 02 Okt 2020 18:10 WIB
Hari Batik menjadi penyemangat bagi Kulsum (80), maestro batik Banyuwangi, untuk terus menciptakan karya dengan tangannya.
Maestro batik Banyuwangi, Kulsum (80) dan istri Bupati Anas, Ipuk Fiestiandani/Foto: Ardian Fanani/detikcom
Banyuwangi -

Hari Batik menjadi penyemangat bagi Kulsum (80), maestro batik Banyuwangi, untuk terus menciptakan karya dengan tangannya.

Kain polos pun dibuat corak sesuai dengan pola jenis batik Banyuwangi. Meski awalnya tak mengerti hari ini menjadi Hari Batik Nasional, Kulsum berharap budaya batik terus akan berlangsung di Indonesia.

Kulsum merupakan maestro batik tulis tradisional Banyuwangi. Di rumahnya, Jalan Bogowonto, Kelurahan Temenggungan, Kecamatan Banyuwangi, Kulsum telah membatik sejak masa penjajahan Jepang.

"Dulu sekolah Jepang Mardi Putri. Oleh bapak saya diminta keluar dari sekolah untuk membantu
membatik," ujarnya kepada wartawan, Jumat (2/9/2020).

Sejak sebelum kemerdekaan, Temenggungan merupakan kampung pertama di Banyuwangi yang menjadi sentra pembuatan batik tulis khas Banyuwangi. Bisa disebut Temenggungan merupakan kampung penghasil perajin batik di Banyuwangi.

Temenggungan disebut sebagai kampung batik, ketika desa lainnya belum memiliki perajin batik.

Mulai dari buyut, nenek, hingga orang tua Kulsum merupakan perajin batik. Kini hanya tinggal Kulsum satu-satunya yang masih mempertankan pembuatan batik tulis secara tradisional di Temenggungan, karena banyak rekan seangkatannya yang telah meninggal dunia.

Simak juga video 'Hari Batik Nasional, Solo Luncurkan Destinasi Wisata Batik':

[Gambas:Video 20detik]



"Turun temurun keluarga saya pembatik. Temenggungan sini juga dulu banyak sekali perajin batik, tapi mungkin tinggal saya yang masih menggunakan cara kuno seperti ini," jelasnya.

Perempuan berusia 80 tahun itu, membuat batik seorang diri. Mulai dari proses menggambar, mencanting, hingga pewarnaan dia lakukan seorang diri. Untuk proses mencanting dia menggunakan kayu bakar bukan kompor, karena hasilnya berbeda.

Dalam satu bulan perempuan yang mulai membatik sejak masih kelas V SD itu, bisa membuat sekitar 20 batik tulis dengan berbagai motif asli Banyuwangi. Seperti Gajah Uling, Paras Gempal, Sekar Jagad, Kangkung Setingkes, Jajang Sebarong, Sembruk Cacing, Dilem Sempleh, dan Mot Pitik.

Kulsum tak mengerti jika pada 2 Oktober diperingati Hari Batik Nasional. Yang dia tau, kegiatan festival yang mengangkat batik dilakukan oleh Pemkab Banyuwangi pada awal Oktober. Setiap Bulan Oktober, batik yang diproduksinya selalu laris.

"Ndak tau kalau Hari Batik Nasional. Tapi yang saya tau ada festival batik di Banyuwangi," tambahnya.

Di Hari Batik Nasional, Kulsum sengaja memberikan batik kuno khas Banyuwangi berusia puluhan tahun kepada istri Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Ipuk Fiestiandani Azwar Anas. Batik tersebut merupakan pemberian dari Ibunda Kulsum saat dia masih anak-anak.

Sebagai kenang-kenangan Kulsum membubuhkan tanda tangannya pada batik kuno bermotif gedegan itu. "Batik ini khusus untuk ibu," kata Kulsum dengan bahasa Banyuwangi yang kental.

"Sebagai ungkapan bahwa pemerintah peduli dengan batik dan pembatik di Banyuwangi," tambahnya.

Ipuk bersyukur bisa mendapat hadiah batik dari perajin batik senior di Banyuwangi. Maestro batik dengan karya yang mempesona.

"Saya tidak menyangka diberi hadiah ini. Apalagi beliau juga berkenan membubuhkan tanda tangannya. Ini akan menjadi pengingat buat saya untuk terus memberdayakan para perajin batik," ujarnya.

Bertemu Kulsum, Ipuk ngobrol santai tentang suka-duka, dan kecintaannya kepada batik. Ipuk mengatakan, batik bukan hanya soal pakaian, bukan hanya soal aktivitas ekonomi. Tapi juga mewakili etos, ketekunan, dan daya kreasi para desainer sampai pembatik di kampung-kampung.

"Syukur alhamdulillah, dunia batik di Banyuwangi juga terus berkembang seiring kemajuan daerah. Perajin batik bermunculan dengan karya-karya yang hebat. Anak-anak muda Banyuwangi pun semakin semangat belajar batik. Insyaallah bersama-sama ke depan UMKM batik akan semakin maju dengan pendampingan hingga fasilitasi pemasaran," kata Ipuk.

"Ayo terus mencintai batik Banyuwangi, memakai batik Banyuwangi, memberdayakan para perajin batik lokal," pungkasnya.

Halaman 2 dari 3
(sun/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.