Tepatnya, dari Pasar Kutukan ke arah timur. Ketika detikcom menelusuri lokasi biro jodoh tersebut, ternyata nama Pak Sanusi sudah terkenal di pasar tradisional tersebut.
Dari Pasar Kutukan hanya berjarak sekitar 300 meter ke rumah Pak Sanusi. Tampak rumah dengan dinding krem dan rangka pintu sampai jendela berwarna kuning gading.
Rumah itu yang kemudian terkenal. Banyak warga Blitar datang untuk sekadar memotret, pelipur rasa penasaran soal ada layanan biro jodoh di rumah itu.
"Iya banyak yang berhenti di depan rumah Pak Sanusi. Moto-moto sambil tertawa-tertawa. Kata anak saya, rumah Pak Sanusi viral gitu. Iya memang membuka biro jodoh di situ," tutur Soiman, tetangga sebelah timur rumah Sanusi kepada detikcom, Jumat (12/11/2021).
Baca juga: Viral Posting-an soal Biro Jodoh di Blitar |
Awalnya, pintu rumah biro jodoh ini tampak tertutup rapat. Dilihat dari jendela kaca, tampak seorang lansia sedang tidur beralas kasur tipis di ruang tamu. Ketika detikcom mengetuk pintu, bergegas pria itu bangun dan mempersilakan masuk.
"Nggih kulo piyambak Sanusi niku. Monggo pinarak (Iya, saya sendiri Sanusi itu. Silahkan masuk," jawabnya ketika detikcom menanyakan kebenaran rumah sang pemilik.
Sanusi membenarkan bahwa dirinya membuka layanan biro jodoh. Namun ia tak menyangka akan viral di media sosial.
"Inggih leres. Pancen kulo buka biro jodoh. Tapi mboten ngertos lak dadi terkenal teng internet. Alhamdulillah lak kathah tiyang ngertos sakniki (Iya benar. Saya memang membuka biro jodoh. Tapi tidak tahu kalau terkenal di internet. Alhamdulillah kalau makin banyak orang yang tahu," ujarnya.
Mengapa pria berusia 79 tahun ini membuka biro jodoh di rumahnya? "Lha teng mriki kathah tiyang golek bojo kok (lha di sini banyak orang cari jodoh kok)," kata Sanusi.
Sanusi mengklaim, biro jodoh yang ia buka telah menikahkan ratusan pasangan. Mereka berasal dari berbagai daerah di Indonesia, yang bertemu Sanusi di beberapa kota.
Warga Desa Sidodadi, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar itu mengaku sudah puluhan tahun mempunyai 'ilmu' di bidang perjodohan anak manusia. Ilmu itu diperoleh saat mengaji di beberapa pondok pesantren. Seperti di Kota Padang, Banten, Surabaya dan seorang Kiai di Sanankulon Blitar yang sudah lama meninggal.
"Wes puluhan tahun lho. Enek ewon uwong, yo atusan pasang. Embuh piro ra tau ngitung (Sudah puluhan tahun lho. Ada ribuan orang, ya ratusan pasang. Tidak tahu berapa tidak pernah menghitung)," katanya.
Tarif di biro jodoh milik Sanusi hanya Rp 100 ribu yang merupakan uang pendaftaran. Namun ada beberapa pasangan yang berjodoh, memberi sepeda motor ke Sanusi.
Ia memasang banner biro jodoh di depan rumahnya. Ada syarat yang harus disertakan bagi para tamu yang ingin dibantu mendapatkan pasangan. Yakni foto ukuran 4x6 dan foto kopi KTP.
Kemudian di kaca sebelah kiri rumahnya, tertempel tulisan 'Daftar Jodoh Rp 100 ribu'. Sanusi mengakui, dia sengaja memasang tarif itu untuk pendaftaran, agar mereka yang datang serius mencari jodoh.
Namun ketika pasangan yang dijodohkan menikah, kerap ada hadiah yang diberikan sebagai tanda terima kasih kepada Sanusi. Ada yang berupa uang tunai, alat-salat sampai sepeda motor.
Menurut Sanusi, rezeki, jodoh dan maut sudah menjadi takdir atau ketetapan Allah SWT. Sebagai manusia ia hanya mampu ikhtiar dan banyak berdoa. Memohon rido Allah SWT untuk segera mendatangkan jodoh terbaik dalam hidup.
"Mereka yang ke sini selain saya suruh kumpulkan foto dan KTP, pulangnya saya ajarin wiridan. Wiridan itu dilakukan usai salat malam. Itu ikhtiar, cepat lambatnya sudah jadi takdir Allah SWT," ujarnya.
Wiridan itu, lanjut Sanusi, yakni membaca Surah Al-Fatihah sebanyak 42 kali setiap usai salat tengah malam. Kemudian dilanjutkan membaca Al-Fatihah yang ditujukan kepada Nabi Ibrahim AS, Nabi Sulaiman AS, Nabi Qidir AS dan kepada diri mereka sendiri.
"Mari Fatihah ping 42, terus bismillah hirohman nirohim, ila hadroti Nabi Ibrahim AS, Nabi Sulaiman AS, Nabi Qidir AS. Kemudian khususon ila ruhi jasad e (nyebut jenenge dewe). Baru berdoa ya Allah paringi jodohku secepatnya," pungkasnya.