Kegiatan bertajuk 'Nandur Mangrove' tersebut diikuti Wakil Gubernur Jatim, Emil Elestianto Dardak, serta bupati dan wali kota se-Jawa Timur, serta sejumlah instansi terkait lainnya, Jumat (29/10/2021).
"Kegiatan Nandur Mangrove ini merupakan gerakan restorasi kawasan mangrove yang sedang kita giatkan di Jawa Timur untuk mengantisipasi perubahan iklim dan lingkungan," kata Khofifah di Pantai Cemara, salah satu kawasan di Teluk Pangpang.
Di Banyuwangi, kegiatan ini dipusatkan di KEE Teluk Pangpang yang merupakan kawasan wisata konservasi mangrove dan cemara. Kawasan ini memiliki nilai ekosistem penting yang menunjang kelangsungan kehidupan dan telah ditetapkan sebagai kawasan yang dilindungi di Jatim.
Luasan KEE Teluk Pangpang sendiri mencapai 1.663,71 hektare yang terletak di dua kecamatan, yakni Muncar dan Tegaldlimo. Di dalamnya terdapat keanekaragaman hayati berupa 12 jenis pohon mangrove, 43 jenis burung, dan 18 jenis Bivalvia yang sebagian besar merupakan burung migran.
Pantai Cemara sendiri dikenal dengan ekowisata hutan bakaunya. Disebut Pantai Cemara karena di pesisir pantainya banyak ditumbuhi pohon cemara udang yang lebat. Hutan bakau tersebut bisa dilewati pengunjung dengan meniti jembatan bambu hingga menuju Teluk Pangpang.
"Semoga lewat Nandur Mangrove ini, KEE Teluk Pangpang bisa meningkatkan penyerapan karbon dalam upaya menurunkan pemanasan global. Selain itu, kegiatan ini juga dalam rangka mendukung pengembangan Geopark Ijen yang saat ini sedang berjuang untuk menjadi bagian dari jaringan geopark dunia (Unesco Global Geopark Network)," kata Khofifah.
Menurut Khofifah, ekosistem mangrove memiliki keterkaitan erat terhadap perubahan iklim. Keberadaan mangrove yang sehat di kawasan pesisir dapat meningkatkan resiliensi masyarakat pesisir terhadap perubahan iklim dan meminimalisir dampak bencana alam, seperti tsunami, badai dan gelombang.