Penggalian arkeologi sejak 27 September hingga 23 Oktober 2021 ditargetkan mengupas lahan seluas 640 meter persegi di sebelah barat Candi Tribhuwana Tunggadewi. Candi yang juga dikenal dengan Situs Bhre Kahuripan atau Situs Watu Ombo ini terletak di persawahan Desa Klinterejo, Kecamatan Sooko, Mojokerto.
"Ekskavasi tahap empat kami temukan struktur bata di sebelah barat Candi Bhre Kahuripan. Struktur tersebut kami identifikasi, dimensinya sudah terlihat 20x15 meter," kata Ketua Tim Ekskavasi Situs Bhre Kahuripan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim Pahadi kepada detikcom di lokasi, Jumat (22/10/2021).
Arkeolog BPCB Jatim ini menjelaskan, bangunan kuno hasil ekskavasi tahap 4 dikelilingi dinding berbentuk persegi panjang 20x15 meter. Tebal dinding sekitar 70 cm. Tinggi dinding yang ditemukan bervariasi imbas aktivitas penggalian warga sekitar. Yakni paling rendah 1 lapis bata merah, paling tinggi 14 lapis atau sekitar 80 cm.
"Dinding sisi utara belum bisa kami gali penuh karena masih tanah warga, tapi arahnya sudah ketahuan melalui pertemuan di sudut timur laut, itu sudah jelas strukturnya. Makanya kami berani menyatakan dimensi struktur ini 20x15 meter karena keempat sudutnya sudah kami temukan," terang Pahadi.
Pada bagian barat daya dinding keliling tersebut, lanjut Pahadi, juga ditemukan struktur bata yang memanjang ke barat. Ia memperkirakan struktur ini sebagai tangga naik menuju ke dalam area yang dikelilingi tembok. Tim ekskavasi akan menggali sisi timur dinding untuk menemukan struktur tangga turun.
"Asumsi awal kami itu gapura masuk. Hanya saja kami belum menemukan utuh, tapi secara dimensi sepertinya poros tengahnya 7 meter. Kalau dianggap 7 meter ke barat dan 7 meter ke timur, maka dimensinya 14 meter mulai tangga pertama naik sampai turun. Karena umumnya simetris," cetusnya.
Pagar kuno tersebut, kata Pahadi, mengelilingi struktur bata. Dia meyakini bangunan yang dikelilingi tembok adalah mandapa. Yakni altar atau pendapa atau balai sebagai tempat masyarakat zaman Majapahit melakukan pemujaan menghadap ke Candi Tribhuwana Tunggadewi.
Untuk sementara waktu, Pahadi menginterpretasikan kompleks bangunan pemujaan di Situs Bhre Kahuripan pada masa Majapahit dibagi menjadi 3 halaman. Yakni halaman luar (jaba), tengah (madya) dan sakral (jero). Menurut dia, Candi Tribhuwana Tunggadewi dan mandapa terletak di halaman sakral atau jero.
"Kalau kami temukan gapuranya, maka kemungkinan besar ini halaman utama atau bagian sakral yaitu ditandai ada dinding masuk dan gapura. Halaman madya dan luar di sebelah baratnya lagi. Karena 100 meter di sebelah barat struktur ini terdapat struktur memanjang, kemungkinan pembatas halaman luar dengan madya," jelasnya.
Berdasarkan tata letak struktur yang ditemukan di Situs Bhre Kahuripan, penataan halaman di kompleks bangunan pemujaan ini tidak simetris dan segaris. "Karena temuan struktur bata (pagar keliling dan mandapa) agak ke barat laut dari candi, gapura agak ke selatan candi. Arahnya mirip Candi Penataran. Di Candi Penataran setiap halaman ada balai atau pendapa, terdapat candi di setiap halaman. Namun, kami cari dulu buktinya," tutur Pahadi.
Pasca ekskavasi tahap empat, menurut Pahadi, tim dari BPCB Jatim akan menata lingkungan Situs Bhre Kahuripan sampai 28 Oktober agar bisa dikunjungi masyarakat. Penggalian arkeologi akan dilanjutkan tahun depan untuk menemukan struktur di lahan yang kini menjadi lapangan sepakbola Desa Klinterejo.
"Untuk pembangunan cungkup pelindung Situs kami koordinasikan dengan Kemendikbud untuk pembebasan lahan sisi utara dan selatan candi. Pembebasan lahan untuk kaki tiang cungkup sekaligus drainase agar air tidak menggenangi candi," tandasnya.
Ketua Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) Komisariat Daerah Jatim Ismail Lutfi juga mempunyai pendapat yang sama. Menurut dia, penataan halaman Situs Bhre Kahuripan mirip dengan Candi Penataran di Blitar.
"Belajar dari bangunan suci yang lain dari masa Majapahit, bisa kita ambil contoh Candi Penataran di Blitar yang dilengkapi berbagai struktur bangunan, halaman depan ada balai dengan bangunan bertiang di atasnya atau pendapa teras, kemungkinan juga mirip di sini," tandasnya.