Sosok pada Arca Besar di Candi Tribhuwana Tunggadewi Masih Jadi Misteri

Sosok pada Arca Besar di Candi Tribhuwana Tunggadewi Masih Jadi Misteri

Enggran Eko Budianto - detikNews
Selasa, 28 Sep 2021 17:07 WIB
Ekskavasi Candi Tribhuwana Tunggadewi di Desa Klinterejo, Kecamatan Sooko, Mojokerto kembali dilanjutkan. Penggalian arkeologi kali ini salah satunya untuk menemukan bagian pagar dan halaman candi Ratu Majapahit tersebut.
Arca besar di Candi Tribhuwana Tunggadewi/Foto: Enggran Eko Budianto/detikcom
Mojokerto -

Arca setinggi 2 meter lebih ditemukan di Situs Bhre Kahuripan atau Candi Tribhuwana Tunggadewi, Mojokerto. Sampai saat ini sosok pada arca tersebut masih jadi misteri.

Situs Bhre Kahuripan terletak di tengah persawahan Desa Klinterejo, Kecamatan Sooko. Selain bangunan candi berbahan batu andesit seluas 14x14 meter persegi berhias batu yoni, juga ditemukan arca besar di situs peninggalan Majapahit ini.

Tinggi arca tersebut lebih dari 200 cm, dengan lebar 180 cm dan tebal 25-30 cm. Sayangnya, sosok pada arca tersebut tidak lagi bisa dikenali karena sudah rusak bekas dipahat. Saat ini arca diletakkan di sebelah yoni pada bagian atas Candi Tribhuwana Tunggadewi.

"Arca itu masih teka-teki. Tahun 1926 di foto Belanda letaknya di timur yoni, posisinya miring, ujung atas di utara. Hanya pada foto hanya bagian belakang arca sehingga tidak tampak bentuk arca tersebut," kata Ketua Tim Ekskavasi Situs Bhre Kahuripan dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim Pahadi kepada detikcom di lokasi ekskavasi, Selasa (28/9/2021).

Sampai saat ini, lanjut Pahadi, pihaknya masih meneliti wujud arca besar di Candi Tribhuwana Tunggadewi. Ia menduga arca ini sudah selesai dibuat pada zaman Majapahit. Karena ditemukan relief halus pada beberapa pecahan arca.

"Secara bentuk sepertinya sudah ada karena ada sedikit yang masih tersisa berupa relief daun seperti padma dan semacam tongkat yang mungkin tangkai padma," terangnya.

Berdasarkan pecahan arca yang ditemukan, Pahadi berasumsi arca tersebut berbentuk Harihara. Yaitu gabungan Dewa Wisnu dengan Dewa Siwa.

"Asumsi kami berdasarkan relief-relief ada yang sedikit masuk itu arahnya ke Harihara. Orang sini lebih cenderung ke Dewi Parwati, perwujudan dari Tribhuwana Tunggadewi. Karena Tribhuwana kan perempuan, patungnya ya perempuan," ujarnya.

Ia memperkirakan, arca tersebut dipasang di atas batu yoni yang berada di puncak Candi Tribhuwana Tunggadewi pada zaman Majapahit. Karena yoni ditemukan tanpa lingga. Lazimnya, yoni sebagai lambang perempuan berpasangan dengan lingga sebagai simbol laki-laki. Nah, arca tersebut dipasang pada yoni sebagai pengganti lingga.

"Kemungkinan arca di atasnya yoni karena dimensi lebar yoni dan arca mirip, kalau dimasukkan bisa. Hanya saja di bawah arca belum kami temukan semacam pasaknya supaya posisinya bisa berdiri tegak. Tanda-tanda patahnya juga belum ketemu," jelas Pahadi.

Lihat juga video 'Taman Wisata Candi Borobudur Bersiap Dibuka untuk Wisatawan':

[Gambas:Video 20detik]



Candi di situs Bhre Kahuripan ini dibangun pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk sebagai tempat pemujaan terhadap Tribhuwana Tunggadewi. Hipotesis ini merujuk pada angka tahun yang terukir pada permukaan sisi barat batu yoni. Ukiran menggunakan Aksara Jawa Kuno itu menunjukkan tahun 1294 Saka atau 1372 Masehi.

Tribhuwana Tunggadewi tercatat sebagai raja perempuan (ratu) pertama dalam sejarah Majapahit. Pemilik nama Dyah Gitarja ini putri dari Kertarajasa Jayawardhana atau Raden Wijaya dan Dyah Gayatri atau Rajapatni. Putri pendiri Majapahit ini pernah menjabat sebagai Bhre Kahuripan di wilayah Sidoarjo.

Ekskavasi Candi Tribhuwana Tunggadewi di Desa Klinterejo, Kecamatan Sooko, Mojokerto kembali dilanjutkan. Penggalian arkeologi kali ini salah satunya untuk menemukan bagian pagar dan halaman candi Ratu Majapahit tersebut.Arca besar di Candi Tribhuwana Tunggadewi/ Foto: Enggran Eko Budianto/detikcom

Ia lantas menggantikan kakak tirinya, Jayanegara yang berkuasa di Majapahit tahun 1309-1328 masehi. Istri Cakradhara atau Kertawadhana atau Bhre Tumapel ini menjadi raja ketiga Majapahit sejak tahun 1328 masehi. Ratu Tribhuwana Tunggadewi memilih turun tahta tahun 1350 Masehi. Ia mewariskan tahta ke putranya, Hayam Wuruk.

Situs Candi Tribhuwana Tunggadewi ini diekskavasi untuk keempat kalinya mulai 27 September sampai 20 Oktober 2021. Penggalian arkeologi ini diharapkan bisa menemukan bagian halaman dan pagar keliling candi, sekaligus untuk menentukan titik pembangunan tiang cungkup pelindung. Karena Candi Tribhuwana Tunggadewi ini akan dimanfaatkan untuk destinasi wisata.

Halaman 2 dari 2
(sun/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.