Jembatan Petekan Jadi Gerbang Perekonomian Surabaya di Zaman Kolonial

Jembatan Petekan Jadi Gerbang Perekonomian Surabaya di Zaman Kolonial

Hilda Meilisa - detikNews
Kamis, 21 Okt 2021 09:21 WIB
Mengintip Jembatan Petekan Disebut Tercanggih Pada Masanya
Jembatan Petekan Surabaya (Foto: Hilda Meilisa Rinanda/detikcom)
Surabaya -

Pada masa kolonial Belanda, Jembatan Petekan Surabaya dijadikan sebagai gerbang perekonomian. Sebab, jembatan ini berfungsi sebagai jalur keluar dan masuknya kapal dari Selat Madura ke pusat kota.

Jembatan ini disebut menjadi salah satu jembatan yang tercanggih pada zamannya. Dulunya, Surabaya menjadi salah satu kota yang ramai akan lalu lintas kapal besar hingga perahu. Jika ada kapal yang melintas, jembatan ini akan dipencet langsung membelah diri dengan mengangkat konstruksinya agar perahu bisa lewat.

"Dulu bukan karena besar tidaknya kapal, karena kita ini kan posisinya rendah dengan lautan, dan mengganggu kemudian kalau airnya pasang. Surabaya itu permukaan air laut dengan daratan tidak sampai 2 meter. Kalau kondisi normal seperti sekarang nggak masalah, kalau perahu lewat itu yang jadi masalah," ungkap pengamat sejarah, Kuncarsono Prasetyo, Kamis (21/10/2021).

Sayangnya sekitar tahun 1980-an, geladak jembatan sudah tidak bisa diangkat lagi. Saat itu jembatan direnovasi Pemkot Surabaya dan tidak bisa mengembalikan fungsinya.

Setelah Jembatan Petekan ini sudah tidak berfungsi, di sebelah kanan dan kiri jembatan telah terbangun jembatan baru.

Menjadi gerbang perekonomian pada zamannya, Jembatan Petekan tercanggih pada saat itu dibuat NV. Machinefabriek Braat and Co pada tahun 1900 dan beroperasi pada 16 Desember 1939. Jembatan ini awalnya bernama Ferwerda Brug karena diambil dari nama seorang panglima perang angkatan laut Hindia Belanda, Admiraal Ferwerda.

Jembatan yang melintasi sungai Kalimas tersebut bisa terangkat dengan kontrol tombol untuk akses kapal bedar yang akan melewati sungai. Lalu jembatan kembali turun dan bisa dilalui kendaraan darat saat tidak ada kapal yang lewat.

Jembatan ini memiliki sistem kerja yang ditekan atau bahasa Jawanya dipetek alias memiliki petekan. Dalam Bahasa Jawa, petekan artinya dipencet atau ditekan.

"Jika ada kapal yang melintas, jembatan ini akan dipencet langsung membelah diri dengan mengangkat konstruksinya agar perahu bisa lewat," tambah Kuncar.

Dan pada tahun 2008, Wali Kota Surabaya melalui SK Wali Kota Surabaya 188.45/004/402.1.04/1998 nomor urut 47 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya telah menetapkan Jembatan Petekan sebagai cagar budaya.

Saat ini, aktivitas di area jembatan ini juga terpantau padat saban harinya. Karena wilayah ini juga menjadi daerah tumbuhnya perekonomian di Surabaya.

Halaman 2 dari 2
(hil/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.