Presiden Dema UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, Mahda Fuad Amiruddin, mengatakan video orasi tersebut dibuat secara daring oleh 5.194 mahasiswa baru.
"Iya, ada rencana untuk mendaftarkan orasi kebangsaan terpanjang ini ke museum rekor," kata Mahda, Jumat (8/10/2021).
Menurutnya, orasi itu merupakan salah satu bentuk komitmen mahasiwa terhadap NKRI serta nilai-nilai religius. "Dalam video itu mereka berorasi tentang NKRI, Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika," ujarnya.
Untuk membuat karya kompilasi itu, pihaknya melibatkan seluruh mahasiswa baru. Mereka diminta untuk membuat video orasi pendek dengan durasi rata-rata selama 60 detik.
"Temanya adalah kebangsaan, karena kebetulan video-video tersebut dibuat oleh mahasiswa baru pada bulan Agustus atau bertepatan dengan hari kemerdekaan," ujarnya.
Untuk memproduksi video itu pihaknya membutuhkan waktu hingga satu bulan, karena tim kreatif dan panitia harus mengunduh satu persatu video dari unggahan ribuan mahasiswa.
"Pengumpulan video saja butuh waktu sekitar dua minggu, karena kami harus mengunduh dari google drive," jelasnya.
"Kendalanya banyak ya, ada videonya yang korup sehingga tidak bisa di-render. Kemudian pengambilan video ternyata juga macam-macam ada yang diambil potrait dan lanskap. Padahal kami sudah memberikan petunjuk agar pengambilan secara lanskap," jelasnya.
Mahda menambahkan, untuk menggabungkan video hingga 78 jam, sempat juga membuat piranti komputer produksi kewalahan. "Komputernya sempat hang," kata Mahda.
Setelah seluruh video orasi tersambung, durasi yang dihasilkan mencapai lebih dari 78 jam. Sehingga untuk menonton video tersebut membutuhkan waktu lebih dari tiga hari.
"Sebetulnya kalau semua kiriman video bisa diproduksi, durasinya bisa 80 jam, tapi ada beberapa yang korup, sehingga tidak bisa diproduksi," ujar Mahda.
"Saat ini video itu kami unggah di YouTube, namun kami pisah beberapa bagian, karena ada batasan durasi maksimal 12 jam untuk satu file," jelasnya.
Pihaknya berharap dengan orasi kebangsaan yang dibuat oleh ribuan mahasiswa itu dapat menumbuhkan rasa nasionalisme di kalangan mahasiswa maupun masyarakat.
"Karya ini merupakan salah satu bukti, pandemi bukan penghalang untuk berkarya," jelasnya.