Situs Watu Kucur di Jombang Diyakini Tempat Pemujaan Zaman Majapahit

Situs Watu Kucur di Jombang Diyakini Tempat Pemujaan Zaman Majapahit

Enggran Eko Budianto - detikNews
Jumat, 08 Okt 2021 16:52 WIB
Tim ekskavasi BPCB Jatim meneliti Situs Watu Kucur di Jombang selama 10 hari. Situs ini diyakini sebagai tempat suci atau tempat pemujaan pada zaman Majapahit.
BPCB Jatim mengekskavasi Situs Watu Kucur di Jombang/Foto: Enggran Eko Budianto/detikcom
Jombang - Tim ekskavasi BPCB Jatim meneliti Situs Watu Kucur di Jombang selama 10 hari. Situs ini diyakini sebagai tempat suci atau tempat pemujaan pada zaman Majapahit.

Situs Watu Kucur terletak di tengah perkebunan tebu Dusun Penanggalan, Desa Dukuhdimoro, Kecamatan Mojoagung. Bangunan purbakala ini ditemukan di sawah milik Setyo Budi, warga Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Mojokerto.

Para arkeolog BPCB Jatim bakal menggali area seluas 15x15 meter di situs ini selama 10 hari. Yaitu 7-16 Oktober 2021. Penggalian arkeologi tersebut untuk menampakkan struktur kuno yang masih terpendam di dalam tanah.

Tim ekskavasi BPCB Jatim meneliti Situs Watu Kucur di Jombang selama 10 hari. Situs ini diyakini sebagai tempat suci atau tempat pemujaan pada zaman Majapahit.Umpak di Situs Watu Kucur/ Foto: Enggran Eko Budianto/detikcom

Arkeolog BPCB Jatim Muhammad Ichwan berpendapat, Situs Watu Kucur merupakan tempat pemujaan pada zaman Majapahit. Karena ditemukan batu yoni di bagian selatan situs.

Yoni di Situs Watu Kucur mempunyai dimensi panjang 100 cm, lebar 100 cm dan tinggi 96,5 cm. Terdapat lubang berukuran 25,5x25,5 cm tepat di tengah-tengah bagian atas yoni. Lubang ini sebagai tempat batu lingga.

"Untuk batu lingganya belum kami temukan," kata Ichwan kepada detikcom di lokasi ekskavasi, Jumat (8/10/2021).

Pada masa Majapahit, lanjut Ichwan, batu lingga dan yoni identik dengan Agama Hindu beraliran Siwa. "Dari aspek Siwaistis, lingga dan yoni hubungannya dengan pemujaan. Lingga representasi Dewa Siwa laki-laki, sedangkan yoni representasi Dewi Parwati perempuan. Menyatunya laki-laki dan perempuan melambangkan kesuburan," terangnya.

Ia menjelaskan, pada masa Majapahit, batu lingga dan yoni ditempatkan di bangunan-bangunan suci untuk pemujaan terhadap Dewa Siwa dan Dewi Parwati. Pemujaan menggunakan lingga-yoni biasa dilakukan para penganut Hindu aliran Siwa pada masa lalu.

"Bangunan candi atau tempat suci Hindu Siwa, di ruangan candi ada arca Dewa Siwa. Kalau tidak ada, diwujudkan dalam bentuk lingga yoni," jelas Ichwan.

Terdapat 10 batu umpak besar di Situs Watu Kucur. Batu-batu itu berjajar layaknya tempat menancapkan tiang bangunan dengan jarak antarumpak sekitar 4 meter. Dimensi setiap batu umpak rata-rata 65x60x55 cm.

"Fungsi dari batu-batu umpak sebagai penyangga tiang bangunan. Kami teliti dulu apakah umpak sebagai penyangga tiang bangunan atap dari struktur ini," terang Ichwan.

Selain yoni dan umpak, juga ditemukan struktur bata merah kuno di bagian timur Situs Watu Kucur. Dua bangunan yang sudah tampak membentang dari utara ke selatan sekitar 12 meter. Tebal struktur sekitar 85 cm dengan tinggi sekitar 45 cm. Di sekitarnya banyak susunan bata merah kuno yang menyerupai lantai.

Sedangkan di sebelah barat struktur ini terdapat bangunan yang membujur dari timur ke barat sekitar 3,5 meter. Ketebalan struktur sekitar 85 cm dan tingginya sekitar 40 cm. Hanya saja bangunan purbakala ini sudah tidak utuh lagi.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.