Pangeran Benowo meninggalkan kekuasaannya di Kesultanan Pajang demi menyebarkan ajaran Islam. Putra Jaka Tingkir ini diyakini wafat dan dimakamkan di Desa Wonomerto, Kecamatan Wonosalam, Jombang.
Terbang atau Rebana Guntur Geni konon salah satu benda peninggalan Pangeran Benowo. Saat ini, alat musik tersebut dipajang pada salah satu dinding bangunan yang menaungi Makam Pangeran Benowo.
"Kulitnya dari kulit kebo lando, kayunya dari pohon cabai. Nampaknya tidak masuk akal pohon cabai kok sebesar itu, tapi yang membuat wali," kata Juru Kunci Makam Pangeran Benowo, Watono (69) kepada wartawan di lokasi, Selasa (21/9/2021).
Ia menjelaskan, Terbang Guntur Geni menjadi salah satu alat Pangeran Benowo dalam menyebarkan ajaran Islam di Desa Wonomerto pada masa itu. Konon rebana ini menyemburkan api saat ditabuh sang pangeran.
"Pangeran Benowo memakai Terbang Guntur Geni, ditabuh apinya menyembur. Makanya dinamakan Guntur Geni," terang Watono.
![]() |
Mitos Terbang Guntur Geni tidak sampai di situ. Menurut Watono, rebana lawas ini konon bisa mandi sendiri ke sungai di Dusun Wonomerto setiap Kamis Legi dan Jumat Pahing.
Karena kedua hari tersebut dipercaya menjadi momen Pangeran Benowo menabuh Rebana Guntur Geni hingga menyemburkan api. "Oleh karena itu sampai sekarang setiap Kamis Legi dan Jumat Pahing saya adakan rutinan baca tahlil, yasin, istigasah dan sebagainya," ungkapnya.
Mitos lainnya di Makam Pangeran Benowo terkait hari Jumat Legi dan Jumat Wage. Menurut Watono, makam ditutup dari peziarah setiap hari tersebut.
"Pesan Pangeran Benowo kalau ada tamu dilarang masuk karena hari itu ada pertemuan khusus para tokoh, para sunan, para wali. Kala itu ada dua tamu nekat masuk dihajar sampai mati oleh prajurit pangeran. Maka Pangeran Benowo menegaskan jangan ada tamu lagi pada hari yang sama agar kejadian serupa tidak terulang," terangnya.
Pangeran Benowo merupakan pewaris tahta Kesultanan Pajang yang kini menjadi wilayah Solo dan Sukoharjo, Jateng. Ayahnya, Sultan Adiwijaya atau Jaka Tingkir pendiri Kesultanan Pajang yang berkuasa 1568-1583 masehi. Sedangkan ibunya, Ratu Mas Cempaka adalah putri Sultan Trenggana, Raja Demak periode 1521-1546 masehi.
Simak juga 'Melihat Patung Ikonik Daendels dan Pangeran Kornel di Sumedang':
Ia dikenal sebagai sosok yang tidak gila dengan jabatan maupun kekuasaan. Tokoh bergelar Prabuwijaya itu hanya satu tahun menjadi Sultan Pajang, 1586-1587 masehi. Pangeran Benowo meneruskan kepemimpinan saudara iparnya, Arya Pangiri yang memimpin tahun 1583-1586 masehi.
Selanjutnya, Pangeran Benowo merelakan Kesultanan Pajang menjadi kadipaten bagian dari Kesultanan Mataram Islam. Kala itu Mataram dipimpin Panembahan Senapati Sutawijaya yang berkuasa tahun 1586-1601 masehi. Sutawijaya tak lain adalah kakak angkat Pangeran Benowo.
![]() |
Keluar dari lingkaran kekuasaan, Pangeran Benowo menyebarkan ajaran Islam ke wilayah Jawa Timur untuk mendekati leluhurnya Brawijaya V atau Girindrawardhana Dyah Raṇawijaya, Raja Majapahit tahun 1474-1498 masehi. Perjalanan Pangeran Benowo sampai di Desa Wonomerto, Kecamatan Wonosalam, Jombang. Di kampung ini sang pangeran mengajarkan Islam ke masyarakat setempat.
Makam Pangeran Benowo di desa ini masih menjadi perdebatan. Begitu pula tahun wafatnya. Meski begitu, Makam Pangeran Benowo di Desa Wonomerto masih kerap diziarahi warga Jombang dan sekitarnya.