Penampakan Gerbang Istana Paman Hayam Wuruk di Situs Kumitir Mojokerto

Penampakan Gerbang Istana Paman Hayam Wuruk di Situs Kumitir Mojokerto

Enggran Eko Budianto - detikNews
Selasa, 14 Sep 2021 17:21 WIB
Memasuki hari kedelapan, ekskavasi tahap 4 Situs Kumitir di Mojokerto telah menampakkan hampir seluruh bagian gerbang istana Bhre Wengker, Paman Raja Majapahit Hayam Wuruk. Sisa-sisa struktur purbakala yang ditemukan menunjukkan kemegahan gapura tersebut pada masa lalu.
Situs Kumitir Mojokerto/Foto: Enggran Eko Budianto/detikcom
Mojokerto - Memasuki hari kedelapan, ekskavasi tahap 4 Situs Kumitir di Mojokerto telah menampakkan hampir seluruh bagian gerbang istana Bhre Wengker, Paman Raja Majapahit Hayam Wuruk. Sisa-sisa struktur purbakala yang ditemukan menunjukkan kemegahan gapura tersebut pada masa lalu.

Penggalian arkeologi yang dimulai 6 September 2021 ditargetkan mengupas dinding sisi barat Situs Kumitir sepanjang 203 meter di Desa Kumitir, Kecamatan Jatirejo, Mojokerto. Beberapa bagian dinding tersebut sejatinya sudah ditemukan pada ekskavasi tahun lalu. Termasuk bagian dari struktur gerbang istana Bhre Wengker.

"Di hari kedelapan ini kami sudah menampakkan bentangan sudut barat laut berlanjut ke arah selatan, di bagian tengah ada gerbang. Di antara gerbang ada dinding yang membentang dari utara ke selatan. Sebenarnya gerbang sudah kami temukan tahun 2020, tahun ini kami perjelas," kata Ketua Tim Ekskavasi Situs Kumitir dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim Wicaksono Dwi Nugroho kepada detikcom di lokasi, Selasa (14/9/2021).

Memasuki hari kedelapan, ekskavasi tahap 4 Situs Kumitir di Mojokerto telah menampakkan hampir seluruh bagian gerbang istana Bhre Wengker, Paman Raja Majapahit Hayam Wuruk. Sisa-sisa struktur purbakala yang ditemukan menunjukkan kemegahan gapura tersebut pada masa lalu.Situs Kumitir di Mojokerto/ Foto: Enggran Eko Budianto/detikcom

Arkeolog BPCB Jatim ini menjelaskan, pada ekskavasi yang didanai Pemprov Jatim kali ini, tim telah menemukan sebagian besar struktur gerbang istana paman Raja Hayam Wuruk tersebut. Hanya saja, struktur purbakala ini sudah tidak utuh lagi. Permukaan bangunan kuno ini ditemukan di kedalaman sekitar 1 meter. Sedangkan bagian paling bawah struktur terpendam hampir 3 meter dari permukaan tanah saat ini.

"Gerbang kami temukan dalam kondisi tidak utuh karena sebagian besar sudah runtuh, dalam sejarahnya sudah diambil masyarakat sekitar tahun 1980-an. Ini jejak bukti yang jelas bahwa ada gerbang dan dinding keliling di Situs Kumitir yang merupakan istana Bhre Wengker dan Bhre Dhaha," terang Wicaksono.

Meski begitu, sisa-sisa struktur yang ditemukan tim ekskavasi cukup menggambarkan kemegahan gerbang istana Bhre Wengker di Situs Kumitir. Menurut Wicaksono, posisi bangunan gapura istana persis di tengah dinding sisi barat Situs Kumitir.

Bagian kanan dan kiri gapura bersambung dengan dinding talud setebal 140 cm dan tinggi 120 cm. Seperti diketahui, istana Bhre Wengker dikelilingi dinding keliling atau talud seluas 316 x 203 meter persegi. Nah, posisi gerbang yang terletak di bagian barat Situs Kumitir lurus dengan struktur sisa-sisa istana Bhre Wengker di bagian timur situs.

"Kalau melihat jarak pilar atau pipi tangga, gerbang ini besar. Kami berasumsi gerbang ini tinggi dan besar. Kalau demikian, maka gambaran di naskah Negarmetergama itu cocok menjulang tinggi istana Bhre Wengker. Yang dibilang menjulang itu bagian gerbang atau gapura ini," cetusnya.

Sebagai gambaran, struktur gerbang yang sudah tampak diapit 2 pilar besar pada sisi utara dan selatan. Jarak antar pilar yang diperkirakan sebagai pipi tangga itu mencapai 12 meter. Masing-masing pilar tersusun dari bata merah kuno, sepanjang 177 cm, lebar 177 cm dan tinggi yang sudah nampak 65 cm.

Di antara pipi tangga tersebut terdapat bangunan tangga yang juga dari susunan bata merah kuno. Struktur tangga yang sudah tampak lebarnya mencapai 12 meter, panjangnya dari barat ke timur sekitar 6 meter. Ketinggian tangga yang berundak menuju ke pintu gerbang sekitar 2,5 meter.

"Perkiraan kami tangga dari barat ke timur naik ke bagian datar atau pelataran, baru kemudian ada pintu gerbangnya. Bagian dalam Situs Kumitir dibuat tinggi untuk membedakan bagian sakral dengan halaman umum. Sehingga bagian suci dibuat tinggi, sisi barat di luar situs lebih rendah," jelas Wicaksono.

Sejauh ini, Wicaksono belum bisa memastikan bentuk gerbang istana paman Raja Hayam Wuruk tersebut. Menurut dia, gapura megah itu bisa saja berbentuk paduraksa seperti Candi Bajangratu, atau berupa bentar (gapura terbelah) seperti Candi Wringin Lawang di Desa Jatipasar, Kecamatan Trowulan, Mojokerto.

"Kami sedang mempelajari pola gerbang di Situs Kumitir ini, terus berlangsung proses mencari bukti-bukti apakah bentuknya bentar atau paduraksa," terangnya.

Situs Kumitir dikelilingi dinding dengan luas 316 x 203 meter persegi. Selain menemukan sebagian talud keliling, tiga tahap ekskavasi sebelumnya juga menyingkap sisa-sisa istana Bhre Wengker. Yakni di bagian timur situs yang bersebelahan dengan makam umum Dusun Bendo, Desa Kumitir.

Bhre Wengker bergelar Wijayarajasa merupakan raja kecil atau raja negara bagian yang menjadi bawahan Raja Majapahit. Kala itu, Majapahit dipimpin Hayam Wuruk tahun 1350-1389 masehi. Bhre Wengker menikah dengan Bhre Dhaha yang bergelar Rajadewi Maharajasa.

Bhre Dhaha dan Tribuana Tunggadewi sama-sama putri Raden Wijaya, raja pertama Majapahit. Dengan begitu, Bhre Wengker adalah menantu Raden Wijaya sekaligus paman Raja Hayam Wuruk. Karena Hayam Wuruk putra Tribuana Tunggadewi.

Situs Kumitir juga menjadi tempat pendarmaan atau tempat menghormati Mahesa Cempaka, salah seorang raja bawahan Singosari. Bhre Wengker membangun tempat suci untuk menghormati leluhurnya, Mahesa Cempaka di dalam istananya yang kini menjadi Situs Kumitir.

Mahesa Cempaka meninggal pada 1268 Masehi. Semasa hidupnya, dia menjadi Bhre Dhaha, salah satu negara bagian Kerajaan Singosari. Sementara Singosari kala itu dipimpin saudara tirinya, Wisnu Wardhana.

Mahesa Cempaka merupakan keturunan kedua Ken Arok dengan Ken Dedes. Dia adalah kakek Raden Wijaya, pendiri Majapahit. Sedangkan Wisnu Wardhana keturunan kedua dari Tunggul Ametung dengan Ken Dedes.

Halaman 2 dari 2
(sun/bdh)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.