Para wali murid mengaku, seragam sekolah anaknya tidak muat, setelah hampir dua tahun mengikuti Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau daring. Di pusat pertokoan seragam sekolah, Jalan Basuki Rahmat Tulungagung tampak dipadati para pembeli. Mereka rata-rata berburu seragam sekolah SD maupun SMP.
Salah seorang pembeli Dwi Agustina mengaku membeli dua pasang seragam merah putih dan pramuka. Sebab saat ini seragam yang dimiliki anaknya tidak muat.
"Ini anak saya kelas lima ini, enggak ada yang muat, kekecilan semua. Makanya harus ganti," kata Dwi, Rabu (8/9/2021).
![]() |
Hal senada disampaikan pelajar kelas VI, Prisbianto Nugroho. Ia bersama orang tuanya terpaksa berbelanja seragam sekolah, karena seragamnya sudah kekecilan.
"Tadi beli seragam sekolah sama sepatu. Yang lama sudah tidak cukup," kata Prisbianto.
Tidak hanya itu, sejumlah warga yang anaknya menjadi siswa baru mengaku baru berbelanja seragam hari ini. Sebab sejak awal semester, pembelajaran hanya dilakukan secara daring.
"Saya cari seragam untuk anak saya yang kelas satu. Tadi sempat kesulitan, karena di beberapa tempat sempat kehabisan," ujarnya.
Dari ratusan pembeli yang telah datang, rata-rata mencari seragam sekolah SD merah putih. Selain itu juga banyak yang berbelanja seragam khusus maupun perlengkapan sekolah yang lain.
"Mulai kemarin lusa ramainya, ini hampir 100 persen. Untuk harga tidak mengalami kenaikan, satu potong seragam atasan dijual mulai Rp 40 ribu, Rp 50 ribu," kata Nur.
Dijelaskan, animo masyarakat jauh lebih banyak dibanding pada saat awal tahun ajaran baru Juli lalu. Kata Dia, dalam sehari rata-rata mampu menjual 170 paket seragam sekolah.
Nur mengaku sempat kewalahan untuk memenuhi permintaan konsumen, bahkan sampai kehabisan stok seragam merah putih. "Sampai kurang-kurang yang putih itu, kami harus cari pasokan ke mana-mana," jelasnya.
Kebijakan Pemkab Tulungagung untuk menyelenggarakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas disambut gembira oleh wali murid, karena bisa mengurangi stres.
"Alhamdulillah, mengurangi stres. Soalnya kalau di rumah kami kan juga sibuk dengan pekerjaan, tapi masih harus membantu menyelesaikan pekerjaan anak sekolah," kata salah seorang wali murid, Heni Pratiwi.
Pihaknya berharap PTM bisa terus digelar, sehingga para siswa juga bisa mendapatkan pendidikan dari sekolah secara maksimal. Hanya saja ia berpesan agar tetap menjalankan protokol kesehatan.
"Dengan sekolah lagi saya seneng banget, neng pikiran enggak mumet (senang sekali, di pikiran enggak pusing). Ibuke sing sekolah eong tahun iki (Ibunya yang sekolah dua tahun ini)," ujar Arisanti.
Tak hanya orang tua murid yang gembira, para guru juga antusias menyambut PTM. Salah seorang guru SMP, Rahayu mengaku jenuh dengan sistem pembelajaran jarak jauh, sebab harus mengeluarkan pikiran ekstra.
"Kalau tatap muka lebih mudah, masuk kelas pembelajaran, selesai. Tapi kalau daring panjang prosesnya, zoom meeting, penjelasan pun kadang juga kurang maksimal, kemudian pengerjaan tugas juga tidak efektif," ujarnya.
![]() |
Ia mengaku harus bekerja hingga larut malam untuk menyelesaikan tugas pembelajaran daring untuk para siswanya. Sebab banyak anak didiknya yang mengumpulkan tugas pada malam hari.
"Kadang jam 11 (malam) baru selesai. Ya mau gimana lagi, la wong tugasnya ngirimnya sudah malam," jelasnya.
Pihaknya berharap, kasus COVID-19 di Tulungagung terus menurun, sehingga kegiatan pembelajaran bisa normal kembali seperti biasanya. "Semoga tatap muka bisa terus berjalan," imbuhnya.
Sebelumnya, Pemkab Tulungagung memastikan akan mulai menyelenggarakan pembelajaran tatap muka mulai Kamis (9/9/2021). Kebijakan ini diambil setelah Kabupaten Tulungagung turun level dari level 4 ke 3.